27

15.9K 1K 85
                                    

Chapter - 27

Peristiwa hari itu yang menjadi alasan mengapa Ayyara sempat tidak mau ada Arka dalam kehidupan Shaylee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peristiwa hari itu yang menjadi alasan mengapa Ayyara sempat tidak mau ada Arka dalam kehidupan Shaylee. Tekadnya bulat untuk menyembunyikan keberadaan Shaylee dari Arka. Informasi yang dibawakan oleh orang-orang papinya dan Hestama itu ternyata benar. Arka benar-benar berperan sebagai sosok ayah untuk putri Anjani itu.

Sebagai seorang ibu, naluri Ayyara tergerak untuk menjauhkan sang putri dari kemungkinan apa saja yang berpotensi membuat Shaylee terluka. Tidak akan ia biarkan siapapun melukai putrinya. Termasuk ayahnya sendiri yang sepertinya berpotensi besar untuk itu.

Walaupun pada ujungnya, Ayyara kalah. Ia mengalah membiarkan Shaylee mengenal siapa papanya. Binar bahagia yang ditampilkan Shaylee saat ia menceritakan tentang siapa sosok papanya, akhirnya membuat Ayyara luluh. Melupakan balas dendam yang sempat bercokol di hatinya.

Ayyara menyadari setelah berbicara banyak dengan Mbak Joana, maminya, dan Hestama. Tidak ayah yang sempurna untuk Shaylee selain Arkavian sendiri. Meskipun ia menemukan pria lain, tidak menjamin pria itu akan menyayangi Shaylee juga. Saat menjadi ibu, maka prioritasmu adalah seorang anak.

Peran ayah akan selalu dibutuhkan. Mau tidak mau Ayyara mengakui hal itu. Memang begitulah adanya. Bukankah karena hal itu juga Anjani membutuhkan Arka untuk Keyra? Untuk melengkapi peran dan posisi ayah yang selalu dibutuhkan oleh seorang anak.

Menjadi orang tua tunggal selamanya tidak akan pernah mudah. Kecukupan materi bagi Ayyara bisa terpenuhi dengan mudah. Keluarga pun selalu membantunya membantunya dalam hal membesarkan Shaylee. Tapi lagi dan lagi, masalahnya bukan hanya itu. posisi ayah yang kosong tetap akan membuat kehidupan Shaylee menjadi rumpang.

***

Arka duduk di kursi teras samping rumah Ayyara yang berhadapan langsung dengan taman kecil. Tatapannya kosong mengarah depan. Kepalanya penuh dengan hal baru yang disampaikan oleh putrinya. Membuatnya kembali larut meratapi keabsenannya dari hidup putrinya selama ini. Sementara tangannya memilin-milin sebungkus cokelat yang dipegangnya. Pria itu tidak menyadari jika ada sosok lain yang bergabung di sebelahnya.

Itu adalah Ayyara. Perempuan itu membulatkan matanya saat melihat sebungkus cokelat yang dipegang oleh Arka.

"Kau tidak memberikan itu kepada Caca kan?"

Arka tersentak oleh suara keras yang menyapa gendang telinganya. Pria itu mendongak dan melihat Ayyara berdiri di sebelahnya dan menatapnya dengan sedikit gurat kecemasan. Arka kemudian mengalihkan pandangan pada cokelat yang ada di tangannya.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau Caca alergi sama jenis kacang-kacangan? Kenapa aku tidak diberitahu"

Ayyara menghembuskan napas kasar. Perempuan itu duduk di kursi sebelah Arka yang terpisahkan oleh meja kecil. Ayyara bisa melihat betapa mendung wajah Arka saat ini. Entah apa yang pria itu bicarakan dengan anaknya sebelumnya. Ayyara menebak jika semua tidak berjalan baik karena cokelat di tangan Arka itu.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang