Hilang?

168 6 0
                                    


Terima kasih sudah memberikan vote dan komen pada part sebelumnya.











Tanpa berlama-lama lagi, kita lanjutkan saja bacanya.












Happy reading


•••

Setelah selesai membuang hajatnya, Septia pun kembali ke tempat di mana Satria masih menunggunya.

"Ayo, Satria kita keliling ma–," ucap Septia terpotong karena Septia mulai panik saat tidak melihat keberadaan sahabatnya.

Mata Septia mulai kesana-kemari mencari keberadaan sahabatnya yang entah ke mana. Pikiran Septia mulai tidak tenang saat tiba-tiba di otaknya terlintas kalau Satria diculik saat ia tinggal ke toilet.

"Satria!" teriak Septia memanggil Satria di restoran tersebut.

Saat Septia tanya ke pengunjung restoran dan pelayannya, mereka kompak menjawab tidak tau. Karena pengunjung restoran itu semuanya baru datang. Sedangkan pelayan restoran, mereka baru ganti sip.

Septia keluar restoran saat mengingat Satria akan pergi sendiri kalau sahabatnya itu merasa bosan. Dengan langkah lebarnya, Septia mulai menelusuri setiap toko yang ada di dalam mall tersebut.

2 jam Septia tanya ke semua pengunjung mall, tapi semuanya bilang tidak pernah melihat Satria. Itu membuat Septia tambah panik. Pikiran Septia mulai tidak tenang saat mengingat dirinya sudah berjanji sama keluarga Satria akan menjaga bungsu keluarga Brahmananda sebaiknya. Tapi yang Septia lakukan, dirinya telah lalai menjaga dan melindungi Satria.

Mau tidak mau, Septia akan minta bantuan sama kelompok mafia yang dipimpin Marcel. Karena Septia sudah bingung mau mencari Satria di mana lagi.

"Halo Om," sapa Septia yang mati-matian menahan tangisannya agar tidak kedengaran.

"Ada apa Septia?" tanya orang di sebelah telpon.

Dari suara yang didengar Septia, orang yang menyapanya adalah daddy nya Satria, Marcel.

Septia menggigit bibir bawahnya saat pikiran Septia terlintas, Septia akan kehilangan biaya kuliahnya karena telah membuat anak kesayangan orang yang membiayainya hilang.

"Septia?" sapa Marcel saat Septia tidak menjawab.

Sebelum menjawab, Septia menelan salivanya dengan susah payah dan mengembuskan napas panjang. "Maaf Om. Septia minta bantuan buat," jawab Septia dengan suara pelan.

Septia sudah siap kalau misalnya Septia harus kehilangan kuliahnya dan disuruh menjauhi Satria. Yang terpenting dalam hidup Septia, sahabatnya itu dalam keadaan baik-baik saja.

Marcel mengerutkan dahinya mendengar jawaban dari Septia dengan nada pelan. Marcel hampir tidak mendengar suara Septia.

"Mau minta bantuan untuk apa?" tanya Marcel mengerutkan dahinya.

"Satria hilang." setelah mengucapkan itu, Septia langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Marcel dengan Septia menangis terisak.

Si Bungsu Punya Istri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang