Reuni Empat Setengah Abad

10 4 0
                                    

25-Maret-2471, 05.53

Aku memeluk tubuh Marlina, air mataku? Jangan ditanya, kami menangis sejadi-jadinya, bahagia seperti dua sahabat berusia tiga tahun yang tak bertemu satu bulan dan tentu saja saling merindukan. Kami tertawa di tengah cucuran air mata sambil memerhatikan wajah masing-masing. Kedua telapak tanganku di wajah tembemnya, dan kedua telapak tangannya di wajah tirusku.

Matahari yang terbit pagi ini mungkin yang terbaik yang pernah kurasa. Penantian panjang untuk mencubit pipi begundal ini berakhir.

"Kau kenapa lama sekali bangun, tukang molor!" Kataku sambil menoyor jidatnya. Marlina tidak menjawab, hanya mencium pipiku berkali-kali. "Kita punya banyak PR! Kalau Karim ada di sini, pasti dia sudah pidato panjang lebar dengan kortisol tinggi."
"Kalian lebih brengsek, sedatif hampir 450 tahun itu melanggar hak hidupku." Kata Marlina menggandeng dan menarik tanganku menuju pintu tempatnya tadi muncul.

"Iji, buka pintu akses C." Kata Marlina, dan aku berhenti berjalan.
"Siapa itu Iji?" tanyaku.
"Iji, ubah registrasi Homo Sapiens 2471 sebagai dokter Lydia Sunaryo. Dan berikan akses penuh." katanya lagi.
"Homo Sapiens 2471? Apa itu Lin?"
"Kami melakukan registrasi atas objek yang tidak memenuhi klasifikasi persona manapun, jadi kuberi kau nama 'Homo Sapiens 2471'. Setelah aku melihat susunan batu 'Beuki Salamat' di alun-alun itu, aku tahu itu kau" Kata Marlina sambil tersenyum.
"'Kami'? Ada orang lain di sini?" tanyaku.
"No, asisten dengan kecerdasan buatan yang kuberi nama Iji. Dari Stasiun-171."
"Untung saja ini bukan Stasiun-8171, hahaha!" Ah, tertawa lepas seperti ini sudah lama sekali tidak kulakukan.

"Ayo masuk, kita perlu ngobrol banyak hal. Dan kau perlu makan yang banyak!" Kata Marlina sambil mulai menuruni anak tangga. Aku mengikutinya di belakang.

"Halo Dokter Lydia Sunaryo, selamat datang di Stasiun-171." Kata sebuah suara perempuan yang berasal dari pengeras suara begitu pintu di dasar tangga terbuka, dan kami memasuki sebuah ruangan berbentuk lingkaran, tipikal sebuah Ruang Utama dari Stasiun UniCare. Ruangan dengan lima monitor, empat kursi dan satu meja panjang.
"Hai, Iji. Marlina menceritakan tentangmu." jawabku. "Aku tahu kau bisa melihat pindai spektrumku saat ini berbeda dengan data pada sistem-mu. Itulah sebabnya kau tidak mengijinkanku ketika beberapa kali mencoba memasuki Stasiun-171 dan membangunkan Marlina."
"Ya, prosedur harus dipatuhi terutama untuk otentikasi akses. Kini Anda dapat memasuki semua Stasiun dalam jaringan UniCare."
"Very well understood." Kataku sambil mengangkat jempol.

Lima belas menit terakhir mungkin aku mengeluarkan kalimat lebih banyak daripada satu dekade terakhir. Marlina akan banyak pertanyaan selama empat setengah abad hibernasinya.
Dan aku membutuhkan bantuannya.

"Iji, siapkan sarapan untuk kami. Kau mau makan apa, Lydia?" tanya Marlina.
"Apa saja." Jawabku sambil senyum, sudah terlalu lama aku tidak makan makanan yang disediakan sebuah Stasiun UniCare.

Ayam bakar dua porsi, dengan bumbu komplit! Rasa-rasanya aku ingin menangis lagi. Setelah selesai sarapan, Marlina menyodorkan satu kotak rokok! Damn.
Sudah terlalu lama kemewahan seperti ini tidak kunikmati. Pada banyak hal yang kita senangi, ketika keadaan memaksamu untuk tidak bisa memiliki hal-hal itu lagi, benar-benar tidak ada yang bisa kau lakukan selain legawa dan menikmati apapun yang kau miliki saat ini.

"Ah, seperti hari-hari lalu." kataku.
"Seperti hari-hari lalu." ulang Marlina.
"Aku sudah lama sekali tidak menikmati ini." Kataku sambil mengangkat sebatang rokok yang kunyalakan.

Marlina tersenyum, lalu dia berkata, "ceritakan semuanya, Lydia. Kau berhutang cerita empat setengah abad padaku, lagian aku bosan mendengarkan sejarah dari iji, dia luar biasa pintar tapi tanpa emosi," sambil menggeser posisi duduknya di sebelahku, dan kami berdua menghadap monitor.

2471Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang