Kelompok Singa Gurun

1 0 0
                                    

Dua minggu setelah kerusuhan

Kawasan perairan sebelah utara pulau Jawa bagian timur pagi itu terlihat tenang setelah badai semalam sebelumnya. Permukaan laut beriak mengikuti angin yang sepoi-sepoi berembus pelan, di semua arah tidak terlihat tanda-tanda pergerakan benda apapun sampai ujung cakrawala. Daratan terdekatnya berjarak 120 km ke arah selatan tempat itu.

100m di bawah perairan yang tenang itu terdapat sebuah fasilitas bawah laut dengan bangunan tahan air dan tekanan seluas dua hektar dengan persenjataan untuk pertahanan diri yang canggih dengan artileri yang mampu meluncurkan peluru kendali pada radius 20.000 mil laut. Dalam salah satu ruangan di fasilitas itu, seorang laki-laki sedang berdiri menerawang memandangi jendela kaca tebal yang mempertontonkan kegelapan pekat yang menyelimuti kehidupan liar bawah laut. Dari cahaya lampu bagian luar fasilitas yang menerangi, terlihat hewan-hewan laut liar berenang di sekitar tumbuhan-tumbuhan dan karang-karang yang menyelimuti reruntuhan peradaban sebelum permukaan air laut naik akibat pergerakan lempeng-lempeng benua yang bereaksi terhadap guncangan-guncangan hebat ledakan hulu ledak nuklir di ratusan lokasi dalam waktu relatif singkat di abad sebelumnya.

Laki-laki itu berumur lima puluh lima tahun dengan kulit hitam khas pelaut dan berambut cepak ala militer sedang mengisap cangklong dan asap tembakau menari di sekitar kepalanya yang tengadah dan dia terlihat sedang berpikir dengan mata tertutup sambil menikmati embusan asap tembakau di dalam paru-parunya. Dia mengenakkan setelan militer dengan warna biru cerah, sebuah pistol plasma menggantung di pinggangnya.

Satu orang lainnya duduk di seberang meja kerja. Laki-laki yang duduk berusia lebih muda, kira-kira tiga puluh delapan tahun, dengan pakaian dan potongan rambut yang sama dengan laki-laki yang sedang berdiri menerawang.

"Dua minggu?" Kata laki-laki yang berdiri sambil membalikkan badannya menghadap ke arah laki-laki yang lebih muda.
"Benar pak Andre." Jawab laki-laki yang lebih muda.
"Tapi armada kita masih ada di sana?" Tanya Andre, yang merupakan atasan dari laki-laki yang lebih muda.
"Masih Pak! Dari hasil pantauan radar dan sonar kita, kendaraan kita masih ada di sana dan belum bergerak sejak empat belas hari yang lalu berangkat dari sini."
"Kau yakin, Theo?" Tanya Andre lagi.
"Yakin, Pak!" Jawab laki-laki yang lebih muda bernama Theo. "Sampai saat ini, dari citra satelit pun mengonfirmasi keberadaan armada kita di tempat itu. Bapak bisa lihat di sini." Kata Theo sambil menunjukkan sebuah citra satelit di tablet yang sedang dipegangnya.

Andre duduk di kursi kulit dan memperhatikan layar tablet yang ditunjukkan oleh Theo, anak buahnya itu. "Ada senjata yang ditembakkan?"
"Tidak ada, Pak! Semua data amunisi yang terbarui menunjukkan tidak ada satu peluru pun yang ditembakkan dari armada kita. Armada udara kita itu hanya parkir di lokasi yang sama sejak mendarat dua minggu yang lalu." Jawab Theo.
"Telepon kita ke koloni itu belum mendapat jawaban?"
"Belum ada pak, pesan video yang kita sampaikan belum ada jawaban."
"Mencurigakan sekali. Aku tidak menyukai ini, Theo."
"Siap, Pak!" Jawab Theo sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Dan dari citra satelit, kita belum mendeteksi ada pergerakan apapun dari penghuni koloni itu."
"Atau mereka sudah lupa sedang berurusan dengan siapa?" Kata Andre sambil menyulut tembakau cangklongnya. Theo tidak menjawab perkataan bos-nya, salah berbicara mungkin akan mengakibatkan satu jari kelingkingnya hilang seperti yang terjadi pada Nuel, temannya, yang salah berbicara dan membuat Andre murka.
"Dari koloni yang lain bagaimana?"
"Dari koloni-koloni lain kegiatan terlihat normal pak, tidak terdeteksi adanya keanehan."
"Oke, jadi koloni di Tembalang itu saja kegiatan kita tidak normal?"
"Benar Pak!" Jawab Theo.
"Menurutmu kemungkinan paling buruk apa yang terjadi di sana?" Tanya Andre sambil menatap Theo dengan tajam.
"Mereka semua mati. Akibat sesuatu di dalam kubah koloni itu." Jawab Theo. "Karena kru kita pasti akan melaporkan keadaan kegiatan setidaknya 48 jam sekali."
"Dari pindai spektrum radar dan satelit tidak terlihat apa-apa?"
"Tidak ada pak, koloni itu memang di permukaan tanah, tapi tidak ada alat pindai apapun yang mampu mendeteksi gerakan di bawah kubah mereka."
"Atau kita hancurkan saja kubah mereka supaya kita tahu apa yang terjadi?" Tanya Andre, masih menatap tajam Theo. Sekali lagi Theo hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan retorika bos-nya itu.
"Ahmad tidak melaporkan apa-apa sebelumnya?" Tanya Andre setelah kebisuan satu menit yang menyiksa Theo.
"Tidak ada yang signifikan Pak, kegiatan sebelum dua minggu yang lalu di koloni Tembalang itu pun terlihat normal dan baik-baik saja. Anomali yang disampaikan Pak Ahmad adalah kedatangan seorang dokter perempuan di tempat itu enam bulan yang lalu. Kita pun sudah pernah melakukan video conference dengan dokter Lydia, dan dari hasil pindai kebohongan juga menunjukkan tidak ada bukti yang menunjukkan dokter itu menyimpan maksud lain selain membutuhkan tempat tinggal."
"Perempuan yang kebal itu?"
"Benar Pak!"
"Kau yakin tidak ada hal yang mencurigakan dari dokter itu?"
"Saya sendiri tidak pernah bertemu langsung, berbekal keterangan Pak Ahmad dan hasil pendeteksi kebohongan, dokter Lydia aman." Jawab Theo.

2471Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang