Video Conference

18 3 0
                                    

6-April-2471, 06.45

Pagi ini kami sudah bersiap sedari subuh, fasilitas dan akomodasi di Stasiun-128 terasa sangat mewah dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya. Kami duduk berdampingan di depan Monitor Utama yang akan menjadi antarmuka utama kami ketika berkomunikasi dengan dunia luar.

Setelah lebih dari satu setengah abad, akhirnya kesempatan berkomunikasi dengan warga dunia tersaji di depanku.

"Kau grogi?" Tanya Marlina sambil tersenyum.

"Dikit lah, aku menunggu kesempatan begini 1,5 abad, semoga orang-orang yang akan kita temui punya tujuan sama dengan kita."

07.00

Monitor Utama hidup dengan menampilkan layout konferensi audio visual dengan lambang UniCare di latar belakang, beberapa detik kemudian tampilan berubah dan terdapat dua puluh empat jendela konferensi masing-masing menampilkan nama dan kota lokasi. Monitor Utama di Stasiun-128 adalah sebuah displai layar datar resolusi tinggi dengan ukuran jumbo, 8 x 4,5m, cukup untuk menampilkan dua puluh lima jendela konferensi termasuk milik kami.

Marlina membuka konferensi dalam bahasa Indonesia, dan diterjemahkan secara instan oleh sistem dalam hal ini, Pablo, ke berbagai bahasa sesuai lokasi mereka.

"Selamat bergabung, Bapak dan Ibu, terima kasih telah bersedia memenuhi undangan kami. Perkenalkan saya dr. Marlina Kusumawardhani dan rekan saya dr. Lydia Sunaryo, saat ini kami berada di lokasi yang secara administrasi dulunya adalah Kota Bandung, negara Indonesia. Kebetulan kami adalah dua peneliti dari UniCare, saya perhatikan ada beberapa yang juga berasal dari jaringan UniCare." Suara Marlina disambut oleh senyum dari wajah-wajah di Monitor Utama, bahkan ada beberapa yang melambaikan tangan.

Betapa menyenangkan melihat wajah-wajah yang berasal dari berbagai ras dan lokasi saat ini. Pemandangan yang di abad ke-22 dan 23 hanya melulu berisi konferensi politik, strategi perang, dengan bahan bakar kebencian. Sampai saat ini, aku masih memiliki sebuah premis bahwa pertentangan, perkelahian, dan kegiatan saling melukai sudah ada dalam rantai genetika manusia sejak kita diciptakan, atau sejak evolusi mengijinkan, hanya saja aku dan Sofia belum menemukan titik terang terhadap bagaimana memodifikasi rantai genetika yang berkaitan dengan sifat-sifat agresif manusia.

"Pada dasarnya, kami ingin mengajak Bapak-Ibu untuk bersama-sama melanjutkan penelitian yang sempat terhenti beberapa saat akibat dari keadaan dunia yang sudah kita ketahui bersama." Aku melanjutkan paparan Marlina.

"Seperti yang disampaikan rekan saya, dr. Marlina di pesan dua minggu yang lalu, bahwa kami memiliki fasilitas untuk mengakomodasi para peneliti yang rencananya akan berkumpul dan bekerja sama di lokasi ini. Penelitian yang akan dilakukan di tempat ini yang berfokus pada beberapa hal, antara lain: membuat produksi masal serum untuk modifikasi genom, yang memungkinkan manusia memiliki kekebalan terhadap sampah radioaktif yang masih menyelimuti atmosfir kita. Dr. Marlina, rekan saya ini adalah orang yang memiliki genom yang istimewa, karena sejak lahir beliau kebal terhadap beberapa penyakit atau wabah, dan beberapa tahun yang lalu kami sudah melakukan modifikasi rantai genom dr. Marlina sehingga memungkinkan beliau untuk melakukan aktivitas di luar ruangan tanpa terpengaruh paparan radiasi sampah nuklir hingga 1823rad, manusia normal memiliki ambang batas sekitar 25rad. Dari perhitungan kami, kira-kira dibutuhkan tiga tahun agar atmosfer bumi kembali bisa dihuni tanpa pelindung radiasi. Hasil penelitian yang kami terapkan pada tubuh dr. Marlina adalah sebuah terobosan medis yang sangat baik jika kita bisa membuat banyak manusia (jika tak mampu untuk diterapkan pada semua) memiliki kekebalan yang sama, dan kita semua sebagai satu spesies bisa segera mulai untuk memperbaiki dan menata kembali planet tempat kita hidup ini. Imunitas ini adalah juga hasil dari kerja keras mendiang ketiga kolega kami dr. Budi, dr. Sofia dan dr. Karim dari UniCare." Kataku menjelaskan.

2471Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang