Permukaan!

4 1 0
                                    

24-Maret-2471, 04.30

Marlina terbangun dengan alarm dari pengeras suara utama dalam bentuk dentaman lagu Come Out and Play-nya grup band Offspring. Dia tidak mau melewatkan petualangan hari ini. Setelah mandi, dia sengaja tidak olahraga.
Joging hari ini akan kulakukan dibawah matahari, di tengah radiasi nuklir 1200rad! Pikirnya sambil tersenyum.

Dari kompartemen tempat Iji menyediakan pakaian, terdapat satu kemeja lengan panjang dan celana berwarna abu-abu, dan tulisan 'Marlina K' di dada sebelah kiri, 'UniCare' di dada sebelah kanan dan 'Stasiun-171' di bahu kanan. Sepasang sepatu bot hitam bertali yang mencapai betisnya dan tas ransel. Di dalam tas ransel ada sebuah kacamata hitam kotak makanan dengan biskuit padat, roti lapis, alat makan, sejumlah sayuran juga satu kotak rokok.

"Iji, kau tidak menyediakan air minum buatku?" tanya Marlina.

"Di pundak kiri pakaian Anda ada selang yang bisa ditarik ke arah mulut, selang itu menyediakan H₂O murni hasil destilasi dari udara, kapasitas 750ml yang penuh dalam tiga puluh menit."
Marlina mengangguk tanpa suara dengan mulut berbentuk 'Ooo.'

Setelah mengenakan pakaian, menggulung lengan baju hingga siku, memakai sepatu, dan mengepang rambutnya menjadi sebuah jalinan yang jatuh ke sebelah kanan dadanya, Marlina berdiri dari kursi dan mengambil tas ransel lalu menggantungkannya pada pundak kanannya.

"Sebelum Anda ke permukaan, sebaiknya Anda ke Gudang untuk mengambil senjata."

"Untuk apa? Aku tidak membutuhkan senjata untuk ke permukaan," jawabnya.
"Anda tidak tahu akan menemui ancaman apa di permukaan."
"Kau kan bisa memberitahuku kalau ada ancaman dari monster atau sejenis naga terbang, kan?"katanya bercanda sambil berjalan menuju Gudang.

Di Gudang, dinding paling belakang selebar sepuluh meter bergerak membuka ke arah bawah, dan memperlihatkan satu ruangan lain yang dipenuhi dengan susunan rak sepuluh baris dengan penerangan pada masing-masing rak dan di atasnya terdapat ratusan (atau ribuan!) senjata dari yang berbentuk pistol, senapan berburu, pelontar granat, atau artileri berat di bagian belakang ruangan.
Marlina tidak ingin membawa senjata apapun tapi kemungkinan untuk mendapat ancaman dari makhluk-makhluk besar di permukaan memang ada.
Sebaiknya kubawa saja, siapa tahu aku nanti bertemu Django berkaki delapan.

Marlina mengambil sepucuk pistol dengan ukuran paling kecil yang ada di Gudang Senjata. Dan dia cukup terkejut dengan bobotnya yang ringan, tidak lebih dari 500gram.
"Senjata plasma dengan model Walther PP, kapasitas 280 tembakan. Untuk jarak dekat dan menengah." Suara Iji terdengar di dalam kepalanya.
Teknologi persenjataan adalah salah satu bidang yang paling maju, dalam linimasa manapun, seakan-akan manusia tidak bisa hidup tanpa memiliki niat menyakiti sesamanya. Membela diri? Retorika murahan!

"Oke, aku bawa ini saja." Katanya sambil mengenakan ikat pinggang dengan pistol berada di sebelah kanan. Lalu Marlina keluar meninggalkan Gudang dan menuju Ruang Utama sambil memerintahkan pintu-pintu untuk menutup.
"Let's go!" katanya sambil mengencangkan tas ransel pada punggungnya.

"Anda akan ke permukaan menggunakan kendaraan apa?" tanya Iji sesampainya dia di Ruang Utama.
"Jalan kaki, tidak menggunakan kendaraan. Aku ingin melihat-lihat situasi sekitar sini dengan berjalan kaki. Belum butuh kendaraan apapun."
" Ada tiga akses pintu masuk dan keluar dari Stasiun-171 ini: Yang pertama di atas Hanggar jika Anda keluar atau masuk menggunakan wahana udara 171A atau 171B; yang kedua dari jalur masuk/keluar wahana darat di bagian belakang Hanggar; yang ketiga dari tangga vertikal dari ruangan ini dengan pintu besi hidrolik di permukaan." Satu bagian dinding di Ruang Utama membuka setinggi dua meter memperlihatkan sebuah terowongan vertikal berpenampang lingkaran garis tengah satu meter dengan tangga yang tertanam pada dinding beton.
"Aku lewat tangga vertikal ini saja." Jawabnya sambil memasuki terowongan dengan tangga vertikal.
Tangga vertikal tiga puluh meter ke permukaan, menuju dunia luas yang disia-siakan penghuninya, pikirnya.

2471Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang