+ : Tidak ada orang yang berani melawan?
- : Beberapa kali. Termasuk ibuku. Ibu melawan, karena aku mau dijual ketika bayi.
+ : Apa yang ibumu lakukan?
- : Menjadi penggantiku, supaya aku bisa tetap di sini. Itu melawan kan?
+ : Ya, itu perlawanan. Ibumu masih hidup?
- : Tidak tahu, mungkin sudah tidak ada. Ayah pernah bertemu Ibu waktu aku berumur lima tahun, ginjal dan bola mata ibu tinggal satu waktu itu.Brengsek!
+ : Menurutmu motif apa yang dimiliki Ahmad memintaku ada di sini?
- : Menjaga kesehatan kami, dan memastikan bayi-bayi lahir dengan sehat. Karena Ibu bisa saja keluar tanpa takut radiasi, I bu tidak bisa dipaksa untuk tinggal di sini.Dini mengantarkan buku catatan ke dalam ruanganku dengan mata sembab, setelah membaca pesan terakhir dan menghapusnya, aku lalu membawa keluar kursi dan duduk cukup lama menghadap ke arah warga yang sedang bekerja. Ada yang sedang mengoperasikan alat tani/kebun, ada yang sedang memberi makan ternak, memperbaiki jalanan atau bangunan yang rusak, dan sebagian besar sisanya ada di dalam gedung pabrik tenun.
"Berapa orang yang bekerja di pabrik tenun itu?" Tanyaku sambil menatap ke arah pabrik.
"Kira-kira 100 orang siang hari, dan 50 sampai 80 orang untuk shift malam," jawab Dini.
Pabrik yang beroperasi hampir 24 jam sehari."Kau pulang lah, istirahat tidur. Nanti malam kau tugas jaga, kan?" Kataku sambil membalikkan badan ke arahnya.
"Ok, Bu."
Aku memerhatikan Dini berjalan ke arah rumahnya, lalu aku masuk kamar, mematikan lampu, berbaring telungkup di tempat tidur, dan menangis. Aku tertidur cukup lama. Lalu terbangun di tengah malam.Aku berdiri dan menuju ke arah jendela kamar dan menyibakkan gorden, melihat ke arah luar. Suasana gelap dengan penerangan lampu jalan yang memperlihatkan pohon-pohon, tanaman, daun-daun yang tidak bergerak. Beberapa orang penjaga tampak lalu lalang dengan senapan laras panjang, apakah amunisi dan peluru masih diproduksi saat ini? Atau mereka membawa amunisi yang sudah berumur ratusan tahun dari masa sebelum kiamat nuklir terjadi? Mungkin saja. Aku kembali berbaring terlentang di atas tempat tidurku sambil menatap langit-langit.
Mungkin saat ini ada sepasang telinga atau sepasang mata yang sedang memerhatikan sengguk pelan dan air mataku. Satu-satunya suara yang terdengar adalah langkah kaki penjaga patroli, suara dengungan pabrik di kejauhan sana, ada puluhan orang yang sedang bekerja malam dengan pikiran yang mungkin mengganggu mereka. Orang-orang yang terlalu khawatir pada keselamatan anak-anak dan istri atau suaminya. Kapan keluarganya akan 'dipanen'. Jika saja pohon besar di depan tempat tinggalku bisa berkata-kata, mungkin dia akan menceritakan kisah yang lebih lengkap dan sedih, dan aku bisa mendengarkannya sambil bersandar di batangnya. Mulai/Sejak awal hingga sekarang.
Keluarga Dini, Deni, ayah mereka, mungkin sedang tidur. Atau sedang terjaga, menatap dalam gelap, dan bertanya-tanya hidup seperti apa yang sedang mereka jalani. Memikirkan rencana-rencana yang bisa mereka lakukan jika ada kesempatan. Kesempatan yang tidak pernah datang, dan rencana-rencana yang tidak pernah terlaksana. Kesempatan yang memiliki kemungkinan berhasil sangat kecil, dan resiko terlalu besar untuk berakhir dengan kepala berlubang, perut tersayat, tanpa lengan, tanpa kaki, tanpa detak jantung, atau mati sambil menahan rasa sakit di bawah sinar bulan.
Ahmad dan antek-anteknya, saat ini mungkin sedang melihatku dari monitor entah di mana, yang sedang menatap langit-langit, dan menebak apa yang ada dalam pikiranku. Atau mereka sedang memikirkan organ apa di badanku yang bisa dimanfaatkan, selain ginjal, bola mata, darah, dan selangkanganku. Isi kepalaku mungkin akan berguna sementara ini untuk mereka. Untuk memastikan isinya berguna memastikan kesehatan komoditi jual mereka. Dan untuk orang-orang yang menjadi pembelinya, semoga laknat menyertai embusan napas dan keturunan-keturunanmu!
Aku ingat almarhum ayahku, yang sudah berpulang hampir dua abad lalu. Jika dia masih ada mungkin saat ini dia akan membelai kepalaku, sambil menahan sakit dengan senyumannya, mengatakan semua akan baik-baik saja. Ayah pasti bisa mewarisi kemampuan menahan sakitnya kepada orang-orang di sini, tentu kekuatan itu akan membuat hidup mereka sedikit lebih mudah.
Ibuku, yang masih cantik di usia tuanya, aku harap sedang mendaraskan doa untuk anak satu-satunya ini, dari surga mungkin. Ya, aku yakin ibuku ada di surga. Bukankah doa ibu seperti sebuah payung agung yang menyertai kita untuk melintas di bawah badai?
Anak-anakku, mungkin saat ini hanya tersisa nisan dengan tulisan nama mereka di atasnya. Cucu-cucu dan buyut atau canggah-ku. Aku harap mereka semua memiliki hidup yang menyenangkan dan bermanfaat. Mungkin juga mereka sedang duduk ngopi, tertawa atau sedang bercinta ketika kiamat berbentuk cahaya dan suhu tinggi melenyapkan jutaan jiwa menjadi abu.
Budi dan Sofia, akan membuat list perencanaan pemberontakan, mereka ahlinya dalam membuat perencanaan. Aku yakin, rencana mereka akan berjalan dengan mulus. Ya, jika kau memiliki pasukan sejumlah 300 seperti raja Leonidas orang Sparta itu.
Karim, mungkin sedang berdiri berkacak pinggang di luar sana sambil mengumpat dan mengatakan ayo kita penggal leher Ahmad itu, katanya. Orang seperti itu lebih mirip seekor babi dibanding manusia. Kau kan makan babi?! Kau bisa memakan orang itu! Katanya berapi-api. Kawanku satu ini memang punya keberanian lebih besar dibanding lelaki lain. Nekat lebih tepatnya. Mungkin aku butuh lebih dari nekat.
Marlina, sedang tidur, entah kapan akan terbangun. Mungkin juga dia tidak bisa bangun. Atau dia akan terbangun dalam keadaan gila dan histeris. Maafkan kami, membuatmu melewatkan banyak peristiwa kelam peradaban ini. Aman dan nyamanlah sementara dalam tidur panjangmu. Kau belum mati, setidaknya. Kita berdua belum mati.
Aku ingat puisi Peringatan oleh Wiji Thukul di tahun 1986 Masehi:
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!Aku mendaraskan doa yang selalu kuucap sebelum tidur, entah kepada siapa, Tuhan mungkin. Doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati.
Aku butuh sebatang rokok.
Ibu dalam bentuk sapaan harus pake kapital

KAMU SEDANG MEMBACA
2471
Science FictionSeorang dokter wanita mendapati dirinya berada di dalam sebuah tabung kapsul dengan populasi dunia berkurang 99.91% dan permukaan air laut naik 100m. Sebuah kejahatan yang berumur lebih dari empat setengah abad menunggu untuk diselesaikan di tengah...