Di tahun 2308, tiga tahun waktu yang kubutuhkan untuk menyadari bahwa aku memang benar-benar sendirian di planet permai ini, menjadi terasing di peradaban canggih yang menutup diri di bawah tanah, di balik kubah raksasa, atau beriak di kedalaman samudra. Marlina, satu-satunya harapan, masih hibernasi di Stasiun-171. Aku tidak memiliki pilihan selain berusaha melakukan kontak dengan permukiman-permukiman manusia yang berada di pulau Jawa. Setidaknya itu adalah tempat-tempat yang dihuni rasku.
Kunjungan pertamaku adalah ke wilayah dekat situs bersejarah, Candi Borobudur, di daerah Magelang. Berdasarkan data yang sempat kuingat/kulihat dari pusat data UniCare, lokasi itu merupakan salah satu Stasiun yang dihuni oleh lebih dari seribu manusia pada saat itu. Ketika aku mendekati pintu akses utama dan gagal melakukan verifikasi karena perubahan respons spektrum hasil pindaian pada tubuhku, aku berusaha melakukan kontak dengan membuat sinyal-sinyal atau tulisan yang cukup besar agar terlihat untuk membuat pemimpin di lokasi itu mengizinkanku masuk. Tapi memang saat itu keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Pengalaman kurang dari tiga puluh tahun, ketika perang nuklir masih terjadi membuat paranoia massal yang sangat membuat orang-orang takut kepada orang asing.
Ketika sedang menyusun batu-batu menjadi tulisan besar 'TOLONG!', yang tiba bukanlah bala bantuan dari orang-orang di dalam tanah itu, tapi dua buah armada udara yang menghujaniku dengan peluru-peluru plasma yang berhasil membuat lubang pada paha kanan dan pundak kiriku.
Ya, mereka mereka berniat membunuhku. Karena saat itu mereka beranggapan bahwa 'orang asing adalah musuh'. Aku beruntung karena daerah itu memiliki kawasan hutan dan pepohonan yang cukup besar dan lebat, sehingga aku bisa berlindung dari hujan peluru plasma yang ditujukan ke arahku.Kau tahu berapa lama aku menjadikan pohon-pohon besar sebagai perisai pelindungku? Hampir empat jam! Itupun karena aku tersungkur dan masuk ke dalam sebuah kontainer enam meter dan harus membunuh seekor kera besar yang menjadi penghuninya dengan menggunakan pisau komandoku.
Kau tidak ingin tahu seberapa kuat seekor kera dewasa, kompetisi fisik tanpa senjata dengan makhluk ini adalah tindakan bodoh dan bunuh diri yang akan membuat kematianmu datang dengan cepat. Satu sayatan pada bagian leher yang memutus arteri karotis kera itu memang mengakhiri hidupnya dengan perlahan, dan sebelum tubuhnya berhenti bergerak, tubuhku adalah sebuah samsak besar yang menerima cakaran serta gigitan. Tubuh kera besar yang sudah mati itu kupakaikan baju, celana, dan sepatuku, kemudian kulempar keluar kontainer, supaya menjadi sasaran tembak dua pesawat yang memiliki perintah jelas: membunuhku!
Lima menit aku memerhatikan bangkai kera yang sengaja kusamarkan dengan pakaianku menerima peluru-peluru plasma, hingga akhirnya dua armada udara meninggalkan lokasi itu. Pemindai canggih yang berada dalam Stasiun memang tidak bisa mendeteksi kehadiranku karena posisiku yang terlindungi oleh plat baja dari kontainer tempatku bersembunyi, aku menahan lapar dan haus hampir selama tiga hari sebelum aku memutuskan untuk keluar dan melakukan gerakan acak menyerupai hewan kera untuk menghindari algoritma pemindai yang tentu saja akan menemukanku dengan mudah jika aku mengubah pola gerakan.
Kunjungan kedua adalah di tahun 2309, ke sebuah permukiman bawah tanah di sebelah selatan dari tempat yang dahulu bernama Semarang, dengan ketinggian permukaan laut yang naik menjadikan tempat itu sebuah kawasan pantai yang cukup panas di siang hari. Sebuah fasilitas yang dahulu adalah sebuah waduk dengan kedalaman 150 meter disulap menjadi permukiman dengan atap kaca fiber yang ditopang oleh struktur beton sebagai rangka sekaligus platform bertingkat yang dijadikan tempat tinggal para penghuninya. Tempat ini tidak memiliki teknologi canggih seperti di permukiman bawah tanah semacam Stasiun-Stasiun UniCare, sehingga usahaku untuk mendekati lokasi itu terbilang cukup sukses tanpa harus berhadapan dengan algoritma pemindai-pemindai yang memiliki perintah untuk membunuhku.
Tempat itu dihuni sekitar lima ratus orang dengan sebagian lahan digunakan sebagai area pertanian, perkebunan, dan peternakan untuk pangan. Persediaan air cukup melimpah dengan debit air yang lumayan deras sehingga kebutuhan akan listrik tersedia dengan cara konversi energi kinetik dari pergerakan air.

KAMU SEDANG MEMBACA
2471
Science FictionSeorang dokter wanita mendapati dirinya berada di dalam sebuah tabung kapsul dengan populasi dunia berkurang 99.91% dan permukaan air laut naik 100m. Sebuah kejahatan yang berumur lebih dari empat setengah abad menunggu untuk diselesaikan di tengah...