6-April-2471, 21.05. Seretse Khama International Airport.
Setelah mendarat di tempat yang dahulunya adalah sebuah landas pacu Bandara Internasional Sir Seretse Khama, pintu utama armada terbuka dan menurunkan tangga. Marlina dan Lydia pun menuruni anak tangga dan menginjakkan kaki di dataran Afrika untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.
Malam hari itu, langit di atas Gaborone-Botswana sesunyi kuburan. Dunia telah berubah secara permanen 200 tahun yang lalu ketika kiamat nuklir telah memusnahkan hampir seluruh penduduk, meninggalkan lanskap kering, dan tandus. Namun hari ini, di tengah reruntuhan, ada secercah harapan, ditandai oleh tumbuhnya vegetasi besar dan kecil. Mereka masih memiliki sebuah pesawat siluman canggih dan hampir tak terlihat oleh mata telanjang.
Di atas landas pacu beton yang retak di sana-sini akibat tergerus cuaca dan waktu dan ditumbuhi tanaman liar, dua wanita itu berdiri berdampingan. Lydia, dengan matanya yang tajam dan fokus yang tak tergoyahkan, memiliki sikap tenang yang memungkiri masa lalunya yang penuh gejolak. Marlina, sahabatnya, dengan rambut ikalnya yang liar dan tekad yang kuat, juga sama-sama tangguh dalam kehidupan. Mereka berdua selamat dari hal yang tak terpikirkan dan telah mengambil inisiatif dalam upaya membangun kembali apa yang tersisa dari peradaban.
Sisa-sisa Gaborone yang tandus mulai terlihat di kejauhan. Dulunya ibu kota yang ramai, kini kota itu seperti kota mati, dibanjiri alam yang merebut kembali wilayahnya. Bandara, yang tidak pernah didatangi aktivitas selama ratusan tahun, tampak sangat sunyi.
"Selamat datang kembali di masa lalu," kata Marlina dengan nada sarkastis, saat mereka mulai melangkah ke arah puing bangunan yang dulunya adalah terminal keberangkatan dan kedatangan.
Lydia terkekeh. "Rasanya seperti dunia yang sama sekali berbeda."Mereka melangkah, sepatu bot mereka berderak di landasan yang dipenuhi puing-puing. Keheningan itu memekakkan telinga, hanya dipecahkan oleh gemerisik dedaunan di kejauhan dan kicauan burung sesekali. Mereka berada di sini untuk sebuah misi—untuk menganyam permadani indah bernama peradaban kembali.
Dengan senjata yang siaga dan ransel di punggung, mereka bergerak melalui area bandara. Bangunan terminal itu seperti cangkang dari masa lalu, dengan jendela yang pecah dan tanaman merambat yang tumbuh terlalu tinggi. Di dalam, udaranya pengap, peninggalan masa lalu. Gema langkah kaki mereka seakan menghidupkan tempat itu, meski hanya sesaat.
"Kita perlu menemukan titik akses ke bunker," kata Lydia, sambil memindai cetak biru di perangkat pergelangan tangannya.
Marlina mengangguk, matanya tajam dan waspada. "Seharusnya ada di menara kontrol lama."Mereka menyusuri lorong-lorong labirin, akhirnya mencapai menara kontrol. Pintunya berkarat dan tertutup, tetapi beberapa tendangan tepat dari Marlina berhasil menjatuhkannya. Di dalam, udaranya penuh debu dan peralatan lama berserakan di sekitarnya.
"Di sana," Lydia menunjuk ke panel tersembunyi di lantai. "Pablo, hubungi Kaisar Monewa sekarang."
Piranti dalam telinga Lydia dan di batang otak Marlina membuat suara sambungan seperti derau statik di telinga mereka. Dan suara seorang laki-laki terdengar:
"Selamat datang di Botswana." Kata suara Kaisar Monewa. "Aku mencoba menghubungi kalian, tapi tidak berhasil dari tadi. Kalian sudah berada di lokasi yang benar, hanya saja salah tempat. Pintu masuk ada di halaman bagian utara gedung tempat kalian berada sekarang."
"Oke, kami menuju ke sana." Jawab Marlina.
Mereka berjalan melintas puing reruntuhan bandara dan keluar melalui jendela yang sudah tidak memiliki kaca. Di tempat terbuka yang dulunya adalah tempat parkir kendaraan roda empat, sejauh empat ratus meter ke segala arah terlihat cukup bersih dari tanaman liar, pertanda tempat ini sering diinjak manusia atau tempat pendaratan armada-armada udara. Terdengar suara mekanik mesin berat yang memecah kesunyian tempat itu. Tanah terbuka dan dua pintu beton besar setebal satu meter dengan lebar bentangan sepuluh meter terlihat bergerak membuka, memperlihatkan anak tangga yang mengarah ke bawah, menuju perut bumi. Mereka berdua berjalan memasukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2471
Science FictionSeorang dokter wanita mendapati dirinya berada di dalam sebuah tabung kapsul dengan populasi dunia berkurang 99.91% dan permukaan air laut naik 100m. Sebuah kejahatan yang berumur lebih dari empat setengah abad menunggu untuk diselesaikan di tengah...