10-Mei-2011 07.00
Telepon dari Agatha membangunkanku jam 03.00 tadi, dia menceritakan apa yang terjadi pada Lukman. Setelah mandi dan mengirim pesan kepada rekan sejawat untuk bertukar sif kerja di kantor, aku memacu motor tuaku dan memasuki komplek Matahari Unggul jam 04.10.
Sebuah ambulans dan beberapa mobil kepolisian terparkir di dekat pintu masuk ketika aku memarkirkan motorku. Suasana di dalam panti wreda itu penuh dengan kesedihan, aku melihat para residen berkumpul di ruang makan. Ada yang bercakap-cakap dengan suara pelan, tapi sebagian besar termenung dalam kesedihan masing-masing dengan kepala tertunduk. Kejadian dini hari tadi mengagetkan semua orang.
Setelah bekerja paruh waktu selama delapan bulan, aku cukup mengenal para penghuni panti wreda ini. Aku sangat menikmati berinteraksi dengan para senior dari berbagai latar belakang di Matahari Unggul. Ada lima orang yang membuat semacam geng kecil di panti ini: Agatha, Dewi, Lukman, Indra, dan Ronny. Mereka berlima yang paling sering berjalan-jalan berkeliling bersama. Tentu saja si Miss Marple, Agatha yang menjadi penggerak utama dari geng kecil itu. Kau bisa membayangkan kelompok Lima Sekawan dalam wujud lima orang tua dengan pemimpin seorang nenek di kursi roda, dan tak seorangpun berjalan dengan punggung tegak. Tapi mereka menolak untuk menjadi renta, dengan kegiatan utama bermain, berjalan-jalan, olah raga, dan saling sanggah dalam diskusi hal-hal kecil seperti kenapa rambut Windarti masih berwana hitam atau alasan remeh kenapa Ronny tidak memiliki gigi depan.
Keluarga Aryawinata, terutama Dewi, sudah kuanggap ibu sendiri. Mereka kembali memberiku beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan spesialisku. Almarhum Lukman Aryawinata adalah seorang pebisnis dengan pengalaman lebih dari lima puluh tahun. Bersama istrinya, Dewi, mereka membangun kerajaan bisnisnya sejak akhir dekade 1950-an. Menjadi salah satu pebisnis yang sukses membawanya berkenalan dengan Tonny Bruno, seorang berdarah arab dengan kewarganegaraan Italia sebelum menikah dengan Andrea dan menjadi warga negara Indonesia. Lukman dan Dewi memiliki satu anak perempuan, almarhumah Melody Aryawinata. Melody meninggal dunia di tahun 1985, saat berusia 25 tahun, dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Robert berusia dua tahun ketika itu. Menurut penuturan Dewi, Melody adalah seorang orang tua tunggal. Dan secara resmi Robert memiliki nama keluarga Aryawinata.
Bisnis Lukman terbilang besar, mulai dari waralaba, pusat perbelanjaan, SPBU, hingga kesehatan, dan biotek. Yayasan Lukman Aryawinata adalah yayasan yang memberiku beasiswa penuh pada pendidikan profesiku hingga lulus. Ketika mengetahuinya, aku mencium tangannya sebagai tanda terima kasih dan menganggapnya sebagai orang tuaku sendiri.
Seorang dengan wajah serius dan galak menurut standarku, Lukman sebenarnya adalah seorang laki-laki yang baik dan murah hati, dia dan istrinya memiliki banyak sekali anak asuh yang tersebar di berbagai tempat. Aku adalah salah satunya.
Setelah memeriksa jenazah Lukman, aku membuat surat keterangan kematian dan keluar dari ruangan yang dipenuhi oleh petugas forensik dari kepolisian setempat. Di jenazah Lukman terdapat luka tusuk di dada kirinya, aku melihat beberapa tanda memar di beberapa tempat, tapi itu bukan wewenangku. Biarlah menjadi tugas forensik dan kepolisian untuk memastikan penyebab kematian secara resmi. Aku menyampaikan sebuah doa singkat untuk kepergiannya setelah selesai melakukan pemeriksaan, biar bagaimana pun juga, orang ini adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidupku. Seribu ciuman tangan tidak akan cukup untuk membalas kebaikannya.
Di ruang makan, aku melihat Agatha memegang tangan Dewi yang sedang duduk diam dengan tatapan mata kosong, dan air mata yang masih menetes dari pelupuk matanya. Aku berlutut di depan Dewi, dan memeluknya. Tangis Dewi seketika pecah di dalam pelukanku. Aku hanya bisa diam sambil mengelus punggung Dewi yang rasanya semakin bungkuk. Setelah tangisnya reda, Dewi memandangku dengan tatapan yang seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak terucap. Kucium kening dan tangannya, lalu aku berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
2471
Fiksyen SainsSeorang dokter wanita mendapati dirinya berada di dalam sebuah tabung kapsul dengan populasi dunia berkurang 99.91% dan permukaan air laut naik 100m. Sebuah kejahatan yang berumur lebih dari empat setengah abad menunggu untuk diselesaikan di tengah...