Koloni

14 2 0
                                    

Tiga hari sejak kedatanganku, tingkat residu radiasi pada tubuhku sudah berada di bawah ambang batas aman untuk melakukan kontak dekat dengan orang lain, aku diperbolehkan untuk keluar dan bergabung bersama orang-orang yang tinggal di tempat ini. Selama tiga hari dalam karantina, Dini hampir selalu menemaniku. Aku tahu bahwa ada seseorang yang menugaskannya untuk mengawasi atau mencari informasi tentangku.

Selama satu minggu pertama, aku membantu komunitas ini dengan memeriksa kondisi kesehatan dan sanitasi Benteng Tembalang. Walaupun dengan peralatan seadanya, aku berusaha membantu komunitas ini. Ahmad menyediakan buatku sebuah bangunan di lantai dasar yang dibuat seperti klinik kecil yang juga kugunakan sebagai tempat tinggal sementara. Walaupun begitu banyak pertanyaan daripada jawaban yang kutemui tentang tempat ini. Salah satu yang paling aneh adalah semua wanita di usia dua puluh sampai tiga puluh berada dalam keadaan hamil. Total ada empat puluh empat wanita berada dalam keadaan hamil. Komunitas ini seperti berada dalam kompetisi membuat anak sebanyak-banyaknya.

Sebagian besar penghuni tempat ini memiliki raut wajah yang tertekan dan penuh rasa takut, jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku pun terkesan seadanya. Para bapak dan terutama para ibu, seperti menyimpan sesuatu yang membuatku semakin penasaran.

Jawaban seperti 'biasa saja', 'tidak ada keluhan', 'aku sehat', atau 'hanya pusing biasa', sepertinya bergantian kuterima dari orang-orang berbeda. Seolah-olah, mereka sudah memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku seputar kesehatan mereka. Ditambah dengan gestur yang menunduk atau membungkuk dan menunjukkan inferioritas.

Di waktu luang, aku berjalan berkeliling dan melihat-lihat situasi di tempat ini. Hunian para penghuni berada di bangunan beton dengan jumlah lantai bervariasi antara dua hingga delapan lantai karena mengikuti kontur tanah yang menyerupai sebuah mangkok, karena dulunya tempat ini adalah sebuah bendungan besar. Sisi sebelah timur berbatasan dengan dataran tinggi yang dipenuhi hutan lebat dengan aliran sungai yang cukup deras, sebelah barat adalah tempat yang lebih rendah juga akses utama dengan sebuah lapangan sebagai tempat mendarat armada-armada udara yang melakukan kegiatan dagang dengan tempat ini.

Area pertanian dan peternakannya pun terawat dengan baik, walaupun aku bisa merasakan ada sebuah tabir halus dan transparan yang menjadikan jarak antara aku dan mereka. Menurut penglihatanku: orang-orang di sini terkesan menghindar ketika aku sedang berusaha untuk sekedar berbasa-basi membuka pembicaraan.

Beberapa anak kecil sedang bermain tanpa menggunakan alas kaki. Generasi yang terlahir tanpa pernah menghirup udara luar. Beberapa generasi yang terlahir dalam dua abad terakhir seperti mereka.

Satu-satunya udara yang memungkinkan makhluk manusia untuk bertahan di planet ini adalah melalui sistem penyaring. Udara tanpa penyaring, adalah sebuah hukuman mati yang akan membunuhmu paling lama dalam dua hari. Gejala awal adalah demam, muntah, diare, dan sakit kepala. Dalam 24 jam, tubuh akan mengalami penurunan jumlah sel darah, disfungsi organ dalam, lalu akan terjadi henti jantung, sesak napas, atau koma hingga kematian datang.

"Bu Dokter," sebuah suara membangunkanku dari lamunan. Dini sudah berdiri di belakangku.
"Pak Ahmad mengundang Bu Dokter untuk makan malam di rumahnya nanti."
"Oke!" Jawabku sambil mengangkat jempol.

Aku duduk di pipa besar saluran air bersih dan memberi tanda kepada Dini untuk duduk di sebelahku.
"Kau pernah melakukan perjalanan ke luar?" Tanyaku.
"Beberapa kali." Jawabnya sambil menganggukkan kepala.
"Jauh?"
"Paling lama hanya sekitar 30 menit dari sini." Jawabnya, "itupun hanya karena aku ikut Deni berburu, lagian kami tidak boleh berada di luar terlalu lama. Karena alat penyaring udara yang kami gunakan bisa saja rusak. Tapi sebagian besar aktivitas kami di luar adalah untuk mengangkut barang masuk atau keluar tempat ini."
"Jual beli dengan koloni lain?"
"Ya."
"Produk apa yang kalian jual keluar dari sini?"
"Pakaian pesanan, biasanya dalam bentuk semacam seragam berbagai ukuran, juga makanan seperti beras, buah, dan sayuran."

2471Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang