52

4.2K 79 6
                                    

Jangan lupa vote, coment and follow 🤍
Typo bertebaran ⬇️⬇️⬇️

______________________________________
🔥🔥🔥


"Huek"

"Huek"

"Huekk"

Zean memuntahkan semua isi perutnya.

Sudah hampir satu jam dia berada didalam kamar mandi hanya untuk memuntahkan isi perutnya saja, namun seperti hari-hari biasanya yang keluar hanyalah cairan bening.

Zean menyapu mulutnya menggunakan tissue, lalu ia keluar dari kamar mandi. Ia melihat kearah kamarnya yang sangat berantakan, ia berjalan kearah samping kasur tempat Dira tidur, ia berjongkok lalu menelungkupkan kepalanya disana.

Ini sudah masuk hari keempat anak buahnya mencari bukti, namun bukti itu tidak juga ditemukan.

Tanpa ia sadari air matanya kembali turun, sudah tak terhitung lagi berapa kali ia menangis selama beberapa hari ini, sisa tiga hari lagi waktunya untuk mencari bukti, apakah anak buahnya itu bisa mendapatkan bukti selama tiga hari ini?ia takut bukti itu tidak ditemukan.

Ia sudah sering kerumah sakit buat melihat kondisi Dira karena ia sangat merindukan perempuannya itu, namun selalu dihalangi oleh ayahnya dan selalu mendapat bogeman dari ayah mertuanya itu.

'klik'

"Ya Allah Zean, ini gudang apa kamar sih? berantakan banget"

Zean sedikit mengangkat kepalanya melihat kearah Danita yang berjalan kearahnya.

"Ni juga nih, lemes banget kaya boneka Oppo, bangun" titah Danita.

Zean menggeleng, ia masih menangis.

"Bangun Zean Emilio Grissham" ucap Danita penuh penekanan.

Zean nurut, ia bangun lalu mendudukkan dirinya dikasur.

Danita menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kondisi putranya saat ini, kelopak mata yang menghitam, rambut acak-acakan, wajah pucat pasi, mata yang bengkak dan wajah yang masih lebam-lebam.

"Kalau kaya gini tinggal pake baju yang robek-robek terus turun deh kamu ke lampu merah buat ngemis, aaa kasian aaa gitu" ucap Danita lalu ia terkekeh kecil.

Zean tak menggubris ucapan Danita, ia sedaritadi sibuk merasakan kepalanya yang kembali berdenyut sakit.

"Sudah dapat buktinya?" Tanyanya yang mendapat gelengan dari lelaki itu.

Danita menghela napasnya, lalu ia ikut duduk disamping Zean "sudah empat hari tidak dapat apa-apa?cih payah!"

Zean hanya diam dengan air mata yang terus mengalir.

"Nangis aja bisanya kamu ini" timpal Danita.

"Waktu kamu sisa tiga hari lagi Zean, mamah gak bisa bantu tapi yang pasti mamah gak mau kehilangan Dira"

"Papah kamu kecewa banget sama kamu, dia lepas tangan gak mau ikut campur"

Zean menggeleng "Zean gak tau mau nyari bukti kemana lagi mah, anak buah Zean masih belum menemukan buktinya"

Air mata Zean turun semakin deras, apakah hubungannya dengan Dira akan berakhir? pikirnya.

Zean menggenggam tangan Danita "Zean gak mau cerai sama Dira mah, gak mau, bantu Zean mah, bilangin sama papah Zean membutuhkan bantuannya mah, tolong"

Danita membawa Zean kepelukannya, ia ikut menangis saat mendengar penuturan putranya yang mengisyaratkan cinta yang sangat dalam, ditambah tangis lelaki itu tangis yang seumur-umur tidak pernah ia dengar keluar dari mulut putranya, tangis yang mengisyaratkan kerinduan dan ketakutan.

The Cold CEO Is My HUSBAND (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang