Part 8

20K 979 26
                                    

Britanny POV

Waktu terus berjalan, sampai ponsel ku berdering mendandakan time's up. Segera aku meraih ponsel ku dan memencet stop untuk mengehentikannya. Kemudian aku melirik sekilas buatan Alex. Satu yang terpintas di pikiranku.

'Kalah'

Akankah aku merasakan hal itu? Aku tak ingin mentraktir dirinya, jelas saja karena aku tak membawa uang lebih. Aku hanya membawa uang pas setiap aku berada di kantor. Jikalau lebih pun itu hanya untuk membeli kopi di kedai kopi seberang. Sisanya aku tinggalkan dirumah.

Jika kalian bertanya mengapa waktu itu aku sempat ke supermarket sepulang kantor, itu memang sengaja aku membawa uang tabungan ku. Karena aku mengingat persediaan kami sudah menipis di kulkas. Maka aku membeli barang yang memang aku butuhkan.

Aku kembali melirik ke arahnya, dia sedang mengibaskan tangan nya sambil tersenyum ke arah ku.

"Bagaimana menurutmu bangunan buatan ku? Lebih bagus dari punya mu bukan?" Alex berkata dengan nada angkuh nya.

"Itu hanya kebetulan kau membuat bangunan itu terlihat bagus. Mungkin dewi fortuna ingin melihatku kalah sekali, mengingat aku terus menang jika melawan adik ku." Jawabku seperti tak minat.

"Kau takut ya?" Goda sambil mencolek pipi ku.

"Apa! Aku takut kalah? Begitu?! Siapa juga yang takut kalah padamu?" Aku semakin kesal karena dia menggodaku. Sial!

"Kau tetap tak ingin jujur? Yasudah, lebih baik sekarang kita meminta pendapat orang lain saja tentang bangunan ini. Siapa yang mendapat point paling tinggi, bersiaplah yang mendapat point terendah mentraktir point tertinggi. C'mon." Ucap Alex terlihat sangat semangat dan tak lupa nada mengejeknya itu. Menyebalkan!

Kami beranjak dari tempat duduk kami, dan berjalan mencari seseorang yang dapat menilai hasil buatan bangunan dari pasir milik kami berdua.

"Excuse me, Ma'am." Ucap Alex pada seorang ibu-ibu yang sedang berjalan, seperti nya ingin menghampiri anak nya yang sedang bermain air di laut.

"Ya," ujar sang ibu.

"Can you appreciate one of these sand towers? Where is most beautiful?" Ujar Alex lembut dan ramah. Ternyata dia berbeda Cara berbicara di kantor dan luar kantor. Ku kira sama saja.

"Oh, I choose this tower." Ibu itu menunjuk bangunan milik Alex.

1-0.

"Thank you. And have fun." Ujar Alex sambil berjabat tangan dengan ibu itu.

Begitupun seterusnya. Hingga di poin ke-4 aku mendapatkan satu suara. Setidaknya masih ada pendukung bangunan ku.

4-1.

"Bagaimana kita membatasi nya hingga sepuluh suara saja? Yang mendapat sepuluh suara terdepan, sudah pasti dia lah pemenangnya." Tawar Alex.

Benar juga. Masa iya, kami bertanya pada seluruh manusia yang ada di pantai ini, itu tidak mungkin! Jadi lebih baik kita batasi.

"Setuju!" Aku menjawab sambil menganggukan kepala ku.

6-5. Masih dengan poin tertinggi yang diraih Alex. Memang aku akui juga kalau milik Alex sangat indah. Aku saja lebih menyukai kepunyaan Alex daripada kepunyaanku.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang