Part 32: The Endless Love

6.3K 204 7
                                    

Jika ada tawa pasti ada geraman.

Jika ada rintihan pasti ada senang nya.
Jika ada duka pasti ada suka nya.
Jika ada kesengsaraan pasti ada hasilnya.
Jika ada kesedihan maka ada ujungnya dengan kebahagiaan.

Wanita paruh baya serta pasangannya tersebut kini telah duduk rapih di meja makan bersama-sama dengan kebahagiaannya. Kebahagiaanya yang pada masa berjuangnya sempat tertunda sejenak. Kebahagiaan yang sempat ingin direbut oleh orang lain. Kebahagiaan yang awal ragu. Kebahagiaan yang mendasarkan kebohongan. Hingga kebahagiaan yang menghasilkan buah.

Kalau tunas pohon yang sejak masih tumbuh jika dirawat dengan sepenuh hati dan bersabar, maka hasilnya akan indah. Bahkan bisa menghasilkan buah yang sangat lezat dan tak terkalahkan. Begitu pula dengan kehidupan, kalau awalnya telah di perjuangkan bersama dengan sepenuh hati dan bersabar, maka hasilnya pun tak mengecewakan. Seperti hal nya dengan istilah pohon itu.

Pada usia belia nya hingga sampai saat ini telah berumur pun sepasang suami istri itu masih menjaga keharmonisan rumah tangga nya kepada setiap orang yang jumpa dengan mereka, bahkan tak segan menunjukan kemesraan yang mereka miliki. Seolah-olah pasangan yang telah berumur itu tak mau kalah dengan pasangan lainnya, masih awet dan mesra. Memang paling hebat membuat iri bagi mereka yang dengan sengaja atau tidak melihat tingkah laku pasangan berumur itu.

"Ana, habiskan makanan mu sayang!" Ujar sang Papa dengan tegas.

Yap! Ana, anak perempuan terakhir dari tiga bersaudara. Dengan usia jalan 14 tahun serta kegemarannya dalam menari telah membuat lekukan tubuh mulai menjadi.

"Ma, jika Papa menyuruh Ana untuk menghabiskan makanan ini, berarti Papa memaksa makanan ini untuk masuk ke dalam perut Ana yang telah penuh, bukan? Lalu jika Ana paksa kan pasti hanya akan dikeluarkan kembali, ya Ana muntah. Itu arti sama saja 'kan?" Tanya Ana kepada Mama nya.

"Iya sayang, tapi setidaknya kau makan setengah dari makanan mu. Bahkan setengah pun tak ada, mungkin baru 2-3 sendok. Dan kalau Mama lihat, makanan mu itu tak ada kurang sedikitpun!" Ujar Britanny tegas.

"Tapi, Ma! Ana sudah sangat kenyang! Lihat! Bahkan perut Ana yang biasanya tidak membuncit sekarang jadi buncit seperti orang hamil!" Ketus Ana! Padahal bentuk perutnya begitu saja, masih sama seperti hari-hari biasanya. Tapi karena ketakutannnya dalam berat badannya jika bertambah 1kg saja, maka ia akan sangat sedih. Bahkan bisa mengurung diri untuk tidak makan hingga berat badannya terjaga di angka 43. Terkadang kakak-kakaknya geram melihat adiknya yang beranjak remaja ini terlalu menjaga ketat berat badannya, padahal masih masa pertumbuhan! Tapi itulah, ia menggunakan alasan penari profesional, agar dia tidak terlalu di paksa oleh Britanny dan Alex untuk makan sesuai porsi yang mereka buat.

"Kau masih masa pertumbuhan, Ana! Jangan siksa dirimu hanya karena naik berat badanmu, atau mungkin karena Mama dan Papa memaksa mu makan! Cepat habiskan makanan itu!" Seru kakak sulung nya dengan tegas! Bryce.

"Tapi kak-" rengekan Ana tak berhasil terlontarkan, karena Bryce telah lebih dulu memotong pembicaraan Ana.

"Sekarang aku tanya, apa saja jenis makanan yang telah kau makan hari ini?" Tanya Bryce masih dengan tegasnya. Rupanya tegas, dan bijaksana milik Alex terwarisi kepada kedua anak lelakinya.

Sedangkan kakak Ana yang tepat diatasnya hanya tersenyum mengejek sambil melihat Ana, apalagi dengan tangannya yang ia lipat di depan dada. Membuat setiap orang yang melihatnya pasti akan sangat jengkel!

"Aku sudah makan sangat banyak tadi saat di sekolah bersama Gracia, Bowie dan Selena. Trust me." Jawab Ana mencoba untuk membohongi kakaknya.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang