Part 19

9.2K 486 3
                                    

Alex POV

Memasuki minggu ke tiga, tak ada perubahan antara Britanny dan Angel. Aku menjadi merasa sangat bersalah, tapi ia bilang, biarkan saja Angel menjauhi Britanny. Karena itu akan menjadi sebuah bukti kalau aku akan menghadapi karma ini untuk terakhir kalinya. Dan katanya aku harus tetap kuat dalam mengahadapi semua masalah yang akan datang. Cih! Dia pikir aku lelaki lemah.

Saat ini aku sedang di Laussane, biasa pertemuan dengan dia.

"Sebenarnya aku ini sangat kasihan lihat Britanny yang selalu berusaha keras meminta maaf pada adikmu. Tapi itu termasuk dari persyaratannya. Jadi biar kau lihat bagaimana Britanny sebenarnya." Jawabnya prihatin.

"Lalu mengapa kau sendiri merasa kasihan!? Padahal kau sendiri menyuruhku agar tidak kasihan padanya. Dasar tak punya pendirian!" Jawabku kesal.

"Kau dan aku berbeda. Tuan Lundqvist!" Ketus nya.

"Terserah dirimu! Aku pergi. Ingat! Besok aku akan ke rumah mu! Lusa aku pulang ke Bern! Tak guna!" Ketus ku.

"Jika memang, untuk apa kau meminta bantuan ku mengenai permasalahan adik mu dengan Britannya?" Ejek nya.

Aku hanya memilih diam, sebenarnya memang dia benar. Jika dia tak berguna, lantas untuk apa aku jauh-jauh datang dari Bern ke Lausanne hanya untuk meminta bantuannya yang menurutku tak berguna! Sebegitu stress kah diriku memikirkan permasalahan yang dihadapi Britanny dan Angel.

Berhasil membuatku kepalaku pecah! Belum lagi dengan pekerjaan kantor.

"Hallo.." tiba-tiba saja ponselku berdering ditengah kesenanganku melamunkan permasalahan sialan itu.

"Atur semua! Aku tak ingin kepulangan ku ke Bern justru malah membuatku semakin stress karena daftar keuangan yang kau berikan!"

"Tak ada tapi! Lakukan yang terbaik! Kau ku perintahkan sebagai tanggung jawab! Jadi jika semua berantakan! Kau yang akan ku pecat!" Teriak ku dengan orang seberang sana.

*

Aku menatap layar ponselku. Memandang anugerah terindah yang Tuhan cipatakan untuku. Betapa sempurnanya dia, Britannya Marrie Edwards.

Sungguh dewasanya dan sabarnya dirinya, menghadapi sikap kekanakan yang dimiliki Angel, bahkan sampai merelakan perasaan sendiri. Bagaimana bisa kau seperti ini, B! Terbuat dari apa sebenarnya hatimu? Begitu lembut dan baik. Sama seperti wajahmu.

Tiba-tiba saja aku mengingat perkataan Angel tentang kelakuan brengsek Ayah nya di masa lalu, hal itu yang menyebabkan dirinya menjadi menutup hati dan tak ingin mengenal lelaki sebagai teman hidup. Seolah dia belajar dari keterpukan Mama nya, dan berhasil lah Britanny menutup hati rapat-rapat.

'Tenang lah, B. Aku tak akan mengecewakan dirimu, aku akan mencintaimu sampai Tuhan sendiri lah yang memisahkan kita.'

*

Britanny POV

Entah ada halusan darimana yang membuat Angel menerima ajakanku. Sebenarnya aku sangat senang, tapi takut. Senang karena dia menerima ajakan pertemuan kami, dan takut karena justru ada maksud lain dari penerimaan ajakan ku ini. Meski aku belum bertemu dengannya, tapi perasaan ini berpacu sangat cepat, aku akan berhadapan dengan sahabat ku yang sedang marah padaku. Akankah dia memaafkan atas seluruh perbuatan yang aku lakukan?

Kembali aku mengingat kejadian tadi siang.

"Angel, kumohon jangan seperti ini! Kau hanya akan membunuhku secara perlahan dengan rasa bersalah ku yang kurasakan bersarang dan malah semakin menyebar seperti penyakit. Aku tak ingin terus seperti ini, Angel." Tukas ku saat aku menjumpainya di escalator ketika kami sama-sama ingin turun.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang