Part 12

34.7K 828 17
                                    

Author POV

Hari ini adalah hari kepulangan Alex ke Bern. Dengan menyimpan perasaan yang selalu tergesa-gesa dia menjadi lebih mudah emosi, atau meluap kemarahan nya, buktinya pada saat makan siang kemarin. Waiters yang kurang fokus langsung dia marahi sampai sang waiters hampir menangis. Bahkan Alex menuntut manager restoran itu untuk memecat waiters itu, tapi dengan cepat waiters itu meminta maaf kepada Alex akibat kelalaiannya, bahkan dia rela harus menjilat debu yang menempel di sepatu milik Alex. Dan mencium lantai. Keterlaluan? Memang!

"Halo, apa yang terjadi selama dua hari ini?" Tanya Alex melalui telepon dengan orang di seberang sana.

"Sesuai pengamatan saya, semua berjalan lancar. Dia terlihat baik-baik saja, tapi saat pulang dari kantor Tuan. Saya melihat wajahnya pucat pasi, dan bibirnya kering. Tak lupa keringat yang bercucuran di sekitar dahinya, Tuanku." Ucap orang di seberang itu, Brandon.

"Apa kau membantunya?" Tanya Alex dengan nada sedikit menyelidik.

"Maaf, Tuanku. Bukan maksud saya lancang untuk menyentuh milikmu, tapi saya kasihan melihat dia yang sudah berjalan dengan gontai. Maaf atas kelancangan saya, Tuan." Terdengar nada yang merasa bersalah dan ragu-ragu. Brandon takut Tuan nya akan marah jika mengetahui hal itu, tapi bagaimana lagi? Ini semua 'kan demi kebaikan Britanny juga, jika tidak ada Brandon yang menyelamatkan atau lebih memilih mengabaikannya, mungkin wanita itu sudah pingsan di pinggir jalan.

"Tidak! Justru aku berterima kasih padamu. Karena kau terus memantau dan menolong wanitaku. Ingat, jangan sampai aku melihat ada lecet di sekitar tubuh kurusnya itu. Karena selama aku tak berada di sekitarnya keselamatan, informasi, dan kesehatannya aku serahkan padamu. Ingat tanggung jawabmu!"

Saat mengatakan itu dengan nada sangat dingin, tapi masih ada nada sedikit lembut saat Alex mengatakan ucapan terimakasih itu. Memang Brandon yang mendengar penuturan Tuan nya membuat dirinya berhasil membelalak matanya, sungguh tak dapat di percaya. Seorang Alexander Lundqvist De'hàmpiŕe yang sangat sulit tersenyum, dan mengucapkan terimakasih, kali ini dia harus mengucapkan itu. Lelaki dingin dan tegas itu memang sangat di segani di kantornya. Bagaimana tidak? Dia adalah Owner sekaligus CEO dari Lundqvist Enterprises Holdings Inc.

Lelaki yang memiliki kebiasaan buruk, yaitu suka bermabuk-mabukan, dan siapa sangka dia juga perokok aktif. Hanya aktif, tidak candu. Dia merokok pada saat tertentu saja, jika dia sedang memiliki banyak masalah dia akan merokok. Tapi tetap dia kontrol.

Sedangkan keluarganya? Apakah keluarganya mengetahui kebiasaan buruk Alex?

Dulu ayah nya Alex memang perokok, tapi perokok aktif sama seperti Alex, hanya saja ayah nya tidak mengkonsumsi alkohol. Jika ayahnya sedang suntuk yang dia minum hanya soda, bukan alkohol. Berbeda memang, sangat berbeda dengan Alex. Soal kebiasaan buruk itu, tentu keluarganya Alex tau itu, tapi dia lebih membiarkan Alex yang mengurunya sendiri. Karena menurut orang tua nya Alex sudah dewasa, bahkan dapat di kategorikan tua, mengingat usianya sebentar lagi 31 tahun. Dia memang sudah berkepala tiga.

Orang tua Alex lebih membiarkan untuk tidak mencampuri urusan pribadi anaknya. Asal mereka sudah tau mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Itu sudah cukup.

Tapi Alex masa bodoh dengan kandungan yang ada di dalam rokok itu. Karena katanya, dia memiliki banyak uang, dia bisa berobat ke negara yang memiliki peralatan medis yang luar biasa hebat. Jadi tak masalah untuknya. Yang dia pedulikan hanyalah emosi yang sudah tersalurkan. Hanya itu.

Tapi bagaimana dengan Britanny? Tentu Britanny tidak menyukai lelaki seperti itu. Dia lebih menyukai lelaki yang tampan, memiliki rahang yang tegas, romantis, penyayang, setia, dan memiliki kebiasaan positif bukan negatif. Dia memang korban cerita yang kategori roman picisan. Dia terlalu terbawa dengan alur cerita romantis sejenisnya.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang