Part 11

15.3K 651 11
                                    

Author POV

Jam istirahat tiba, seorang gadis pintar dan juga cantik mendengar bell berbunyi. Dilangkahkan nya kaki itu keluar ruang kelas nya menuju kantin. Saat di kantin dia hanya memesan roti bakar dan ice lemon. Tak lama segerombolan teman nya datang menghampirinya.

"Bagaimana ujian tadi menurutmu?" Tanya seorang gadis berambut sedikit kemerahan itu.

"Lumayan sulit. Aku menyesal tidak belajar semalam. Jadi aku tak bisa mengerjakannya, kau sendiri bagaimana?"

"Siska, tetap saja dirimu menjadi yang peraih nilai tertinggi. Kami semua yakin itu. Mengingat dirimu peraih peringkat pertama selama 3 tahun berturut-turut membuat kami tidak ragu kau pasti akan meraih nilai tertinggi juga. Dan pasti kau juga masuk dalam kategori penerimaan beasiswa untuk kuliah nanti." Ujar si blonde yang satu.

"Amin, aku harap pun begitu Jes. Oh iya, jadi bagaimana, kalian bisa mengerjakan ujian tadi?" Tanya Brysiska.

"Aku menjawab hampir mengasal semua, mungkin dari 35 soal yang ku tau hanya kurang dari 10. Sisa nya asal saja. Yang penting aku lulus." Jawab si rambut hitam itu.

"Quin, memang kau tidak takut mendapat nilai rendah? Nanti kau tidak bisa masuk perguruan tinggi yang kau mau."

"Cita-citaku bahkan menjadi seorang musisi. Untuk apa belajar tinggi-tinggi?"

"Ilmu itu tidak akan pernah mati, sampai kau tua nanti pun ilmu mu akan terus bermanfaat untuk dirimu. Tapi jika kau menjadi musisi, itu bersifat sementara, selanjutnya jika kau tidak memiliki artis lagi untuk kau ciptakan lagu karirmu akan mati. Coba kau bandingkan dengan ilmu tinggi yang kau miliki? Jika kau menjadi guru, kau pensiun. Setidaknya kau bisa melamar pekerjaan ke perusahaan, asal fisikmu masih kuat." Jelas Brysiska.

"Siska, bukan karena apa. Tapi karena potensi ku memang hanya ada di seni musik. Tidak dengan dunia akademik."

"Dasar bodoh." Teriak 5 gadis itu, kecuali Brysiska. Dia hanya melemparkan senyum dan tawa kecil melihat tingkah teman-teman nya.

"Oh iya, aku ingin bertanya. Boleh?" Tanya Brysiska.

"Apapun itu," jawab si gadis berambut cokelat itu.

"Jadi aku punya teman. Dia sudah dewasa, umur nya sudah 26 tahun, tapi sayang dia belum memiliki kekasih. Bahkan mantan kekasih pun, dia tidak memilikinya. Bagaimana menurut kalian?" Tanya Brysiska, mendengar penuturan itu teman-teman nya terlihat sangat merespon ucapan gadis pintar itu.

"Siapa dia? Bodoh sekali. Dia benar-benar tidak pernah merasakan jatuh cinta? Apa kau tidam bertanya padanya mengapa dia tak ingin merasakan jatuh cinta?" Tanya si blonde, Jessie.

"Tapi kau kenal wanita dewasa itu darimana?" Tanya si rambut cokelat, Kayden.

"Alasan wanita dewasa itu karena dia memiliki trauma pada masa lalu nya, dimana Daddy sangat brengsek pada Mamanya. Aku mengenal dia di jalan, saat aku menuju perjalanan pulang aku melihat dia ingin menyebrang tapi keadaan melamun." Jawab Brysiska. Sebenarnya Brysiska berbohong pada temannya soal bertemu wanita dewasa itu, dia tidak ingin beri tau temannya kalau orang yang dia maksud adalah kakaknya sendiri.

"Dia tidak bisa seperti itu, dia tidak bisa terus terpuruk dalam masa lalu. Dia juga tidak bisa menarik kesimpulan kalau semua lelaki sama bejatnya seperti Daddy-nya. Jika memang begitu, mungkin Daddy ku tidak akan bertahan dengan Mom dan juga aku sampai saat ini." Jelas Jessie.

"Betul! Lagipula jika dia begitu, berani taruhan kalau dia pasti masih perawan. Baik 'itu' nya ataupun bibirnya." Jawab Quin.

"Jangankan bibir, pipi saja masih perawan." Jawab Kayden.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang