BAB 9 - EGO+EGO

4 4 0
                                    

"Lia gue duluan yah?" Kaila lebih dulu mengeluarkan motornya dan ia segera keluar parkiran lebih dulu "Iya kai duluan aja" sedangkan lia masih sibuk dengan motornya yang terhimpit dengan beberapa motor lainnya.

"Iyaaa halooo bangg bentarr bentarr" Sembari mengeluarkan motor miliknya, lia juga baru saja ditelfon andra "Iyaa bentar tunggu bentar jangan masuk dulu, ini aku udah di parkiran sekolah tinggal berangkat aja, tunggu bentarrr yaaa" Dengan tangan satu memegang ponsel satunya lagi mencoba mengeluarkan motor yang menutupi motor miliknya.

"Bisa ga li?" Dimas yang melihat lia berniat ingin membantu tetapi lia menolak bantuan dari dimas "Bisa, bisa kok" Ucap lia setelah Andra menutup panggilan telepon.

"Yang itu di keluarin dulu aja" Dimas tidak bisa hanya diam saja melihat lia yang masih kesusahan mengeluarkan motornya, dengan kemampuannya dimas membantu lia, satu persatu motor yang menghalangi motor lia dialihkan oleh lelaki yang sudah memakai helm itu.

"Makasih ya dimas, gue duluan ya" Ucap lia berterima kasih atas bantuan dimas yang membantunya mengeluarkan motor miliknya.

"Hati hati li" Dimas juga memberi say goodbye saat lia sudah berhasil mengeluarkan motor dan mengegaskan motornya keluar parkiran.

Sepulang sekolah, lia diminta Andra untuk datang ke toko, Andra meminta untuk ditemani lia saat istirahatnya lia pun hanya bisa menuruti permintaan lelaki bangsat nya itu. Setelah tadi di telepon Andra meminta segera datang lia manancap gas sekencang mungkin dengan perlahan agar bisa sampai di tempat Andra berada.

Sesampainya di dekat toko lia berniat memarkirkan motornya di sebelah angkringan biasanya di dekat toko milik mbak gadis.

"Mbak gadis, boleh nitip motor disini bentar ga ya, aku tuh cuman kesini bentar doang, mau tak parkirin dalem tapi tanggung, kalo parkir disini bayarnya mahal" Lia meminta izin terlebih dulu dengan yang mempunyai lahan.

"Iyaudah taro situ aja dulu" Mbak gadis dan lia sudah akrab sejak lia masih pkl di toko. "Iya mbak bentar ya mbak" Lia pun segera memarkirkan motornya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Andra memberi tau jika dirinya sudah ada di angkringan mbak gadis.

"Aku di angkringan mbak gadis bang" Lia menelfon Andra.

"Mbak ga jualan tempura lagi kah?" Lia memperhatikan menu yang ada di angkringan mbak gadis. "Ada ini" Ucap mbak gadis menunjuk tempura yang ada di wadah bening, mata lia saja yang harus diobati.

"Wihh boleh mbak mau empat ribu aja"

"Oke boleh, mau yang mana"

"Yang mana aja boleh"

"Jadi berapa mbak aku tadi?" Tanya seseorang berkaos merah yang mendadak datang berdiri di dekat lia dengan ditangannya membawa sebuah piring dan gelas.

"Lha baru selesai makan?" Ucap lia setelah pandangannya melihat seseorang yang baru saja datang dan berdiri di sebelahnya itu.

"Enggak udah dari tadi cuman baru dibalikin sekarang aja" Jawab Andra.

"Tadi apasih mas? Es teh yah?" Mbak gadis mencoba mengingat menotal pesanan Andra.

"Iya sama krupuk ini tadi dua, aku ke tempat emaknya dulu ya mbak totalin aja dulu" Andra pergi ke warung emak dulu untuk membayar makanannya dan mengembalikan piring.

"Lima ribu mas" Tagih mbak gadis setelah Andra kembali ke angkringan nya. "Nih sekalian punya dia aja sisanya" Andra memberikan yang bewarna ungu.

"Ini sisanya buat bayar tempuranya lia?" Tanya mbak gadis untuk meyakinkan. "Iya gapapa" Balas Andra.

"Gausah mbak aku bayar sendiri aja ini"

"Gausah! Pake punyaku aja mbak"

"Gimana ini gimana pastinya" Lia mengeluarkan uang untuk membayar tempuranya sendiri sedangkan Andra berniat mentraktir lia, berdebatan kecil antara dua orang itu membuat mbak gadis bingung.

Berawal Karna PenasaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang