STH || 05

691 67 3
                                    

Waktu silih berganti, tak terasa ini sudah memasuki dua bulan lamanya Yahsa menetap di asrama SMA Kebangsaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu silih berganti, tak terasa ini sudah memasuki dua bulan lamanya Yahsa menetap di asrama SMA Kebangsaan.

Dalam waktu dua bulan itu, Yahsa sudah memiliki banyak teman selain dari keempat roomatenya. Namun tetap saja, ia lebih sering bersama keempatnya dibandingkan teman lainnya.

Seperti saat ini, ia beserta keempat roomatenya sedang berada disebuah pusat perbelanjaan yang letaknya tak jauh dari sekolah.

Karena ini hari Minggu, kelimanya sepakat untuk pergi menghabiskan waktu libur mereka dengan mengelilingi salah satu mall yang cukup terkenal disana.

Sesekali mereka akan mampir ke beberapa store yang menarik perhatian.

SMA Kebangsaan, walaupun menyediakan sebuah asrama, pihak sekolah tidak menekan para siswa dan siswinya untuk terus berada di kamar asrama selama dua puluh empat jam.

Di waktu-waktu tertentu, khususnya hari libur, semua siswa-siswinya boleh keluar sekolah. Bahkan terkadang, di hari-hari biasa pun, setelah pulang sekolah siswa yang tinggal di asrama diperbolehkan untuk bermain keluar. Dengan catatan, tidak membuat onar atau berbuat sesuatu yang nantinya mencemarkan nama sekolah.

Tentu saja, semua warga sekolah menerima kebijakan tersebut dengan sukarela. Karena biasanya, sebuah sekolah yang menyediakan asrama, pasti akan memperketat penjagaannya.

Namun, jangan salah. Walaupun demikian, banyak para orang tua yang tetap memilih dan mempercayai SMA Kebangsaan sebagai salah satu sekolah yang mereka pilih untuk anak-anak mereka menimba ilmu.

Kembali kepada kelima pemuda yang saat ini sedang memilih beberapa menu makanan yang akan mereka makan hari ini.

Setelah lelah berkeliling, kelimanya memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu disebuah tempat makan yang letaknya masih berada di dalam mall.

“ANJIR!” pekik Herlan saat teringat dengan sesuatu yang terlintas dalam pikirnya.

“Kenapa lo?” tanya Randika seraya mengambil kentang goreng pesanannya yang baru saja tiba.

“Gue lupa bawa dompet,” jawab Herlan. “Lo bayarin ya Ran?” lanjutnya disertai ekspresi wajah sedih, berharap Randika mengiyakan ucapnya.

“Kebiasaan,” dengus Jovan yang hanya dibalas cengengesan oleh Herlan.

“Ogah,” jawab Randika.

“Ayolah Ran, bayarin!” Herlan yang memang duduk disebelah Randika langsung saja mengambil sebelah tangan Randika, dan menggoyangkannya ke kanan dan kiri. “Masa lo tega sih sama gue. Please lah, bayarin!”

“Lepasin!” Randika mencoba melepaskan pegangan Herlan di tangannya. Namun sang pemegang tangan tak kunjung melepaskan. Randika memejamkan mata sejenak, lalu menghela napas, “Lepas atau makanan lo nggak gue bayarin!” ancaman itu berhasil membuat Herlan melepaskan pegangannya.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang