STH || 19

421 49 7
                                    

Sore itu, sepulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore itu, sepulang sekolah. Kelima pemuda dengan kamar asrama bernomor 105 itu tak langsung ke kamar. Mereka memutuskan untuk pergi ke suatu tempat terlebih dahulu.

Ruangan kepala sekolah.

Itu tempat yang akan mereka tuju sekarang. Sebelum kesana, mereka akan menyempatkan diri untuk pergi ke ruangan keamanan, guna mematikan sementara semua akses CCTV yang berada di seluruh penjuru sekolah.

Tujuan mereka, sebenernya ingin mengecek sesuatu yang menurut kelimanya, kemungkinan hanya ada di ruangan kepala sekolah jawabannya.

Namun, belum sempat mereka sampai di ruangan keamanan, seseorang mencegat kelimanya dengan sebuah pertanyaan.

"Kalian mau kemana?"

Kelima pemuda itu serempak menoleh, tak jauh dari mereka, seorang penjaga sekolah --Yopi namanya, sedang berdiri memperhatikan kelimanya.

"Eh, Pak Yopi!" sapa Yahsa ramah seraya saling lirik dengan keempat temannya. "Kita mau ke supermarket depan Pak, mau beli sabun mandi. Kebetulan sabun mandi di asrama kita habis," jelasnya yang tentu saja hanya sebuah kebohongan.

"Nah, iya Pak. Kita juga mau sekalian beli cilok Mang Acuy," sahut Randika menambahkan.

Tanpa merasa curiga sedikitpun, lelaki paruh baya berusia lima puluh tahun itupun mengangguk. "Oh, yasudah. Saya mau melanjutkan patroli dulu!"

"Loh, tumben jam segini Pak? Biasanya malam?" tanya Jovan penasaran.

"Nanti malam saya ada acara keluarga, jadi nggak bisa patroli malam dulu." Tanpa pak Yopi sadari, kelima pemuda dihadapannya langsung mengucap syukur  dalam hati, merasa senang ketika ada peluang.

"Saya pergi dulu!"

"Iya, Pak."

"Huft, untung aja," ucap Jovan setelah kepergian pak Yopi, seraya mengelus dada, rasa lega melingkupinya.

"Setelah di pikir-pikir. Kayaknya, kita ke ruangan kepala sekolahnya nanti aja deh malem, kalau sekarang kan masih banyak orang yang beraktivitas, gimana?"

"Gue setuju. Kalau sore gini, emang pasti masih ada yang keliaran di area sekolah. Lagian kan, nanti malem Pak Yopi nggak akan patroli. Jadi lebih memudahkan kita buat masuk ke ruangan kepala sekolah."

"Oke deh, yuk!"

"Mau kemana lo?" tanya Jibran menahan tangan Herlan yang akan berjalan pergi keluar sekolah.

"Beli cilok kan?" Herlan menatap Jibran seraya mengernyitkan kening.

"Bego," umpat Randika pelan. "Tadi kan cuma alibi aja," ucapnya sembari menatap teman sekamarnya itu malas.

"Loh, sekalian aja kita merealisasikan kebohongan kalian, biar jadinya kejujuran. Yuk beli cilok!" ajak Herlan disertai ekspresi yang sengaja di imut-imutkan, niatnya sih supaya keempat temannya mau menurutinya. Tapi, jatohnya mereka malah merasa jijik.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang