STH || 17

425 47 0
                                    

“Gue kayak familiar sama itu guru baru, tapi lupa lihat dimana,” ucap Yahsa setelah upacara selesai dilaksanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gue kayak familiar sama itu guru baru, tapi lupa lihat dimana,” ucap Yahsa setelah upacara selesai dilaksanakan.

Tadi, ketika upacara berlangsung, saat memasuki bagian amanat, disana sempat diadakan sesi perkenalan satu guru baru yang akan mengajar di SMA Kebangsaan.

“Bukan dia kali, tapi orang lain yang mirip dia. Di perkenalan kan tadi dia bilangnya pindahan dari Bandung,” sahut Randika.

“Gue setuju sama Randika, kayaknya lo salah lihat atau itu beda orang.”

“Iya, kali ya,” balas Yahsa kemudian.

“Mau kemana, lo?” tanya Jovan sedikit keras menatap Herlan yang tiba-tiba saja berlari menjauhi dirinya beserta ketiga temannya.

“Toilet, gue kebelet!”

“Permisi!” suara seseorang yang datang dari arah barat membuat Randika, Jovan, Jibran dan Yahsa mengalihkan perhatian mereka.

“Eh, iya, ada apa ya Pak?” tanya Randika disertai senyum sopan setelah melihat yang mendatangi mereka merupakan guru baru yang sempat dibicarakan.

Guru baru yang terlihat masih muda yang diketahui bernama Jenan itu balas senyuman Randika. “Sebenernya saya hanya ingin tanyakan dimana letak kantin sekolah,” jelasnya.

“Oh seperti itu, mari Pak, kita antarkan!”

“Ah, ya. Terima kasih sebelumnya.”

“Sama-sama, Pak.”

Keempatnya pun berjalan beriringan mengantarkan guru baru tersebut sembari mengobrol, setelah sebelumnya saling memperkenalkan diri.

•••

Saat jam istirahat tiba, kelima teman sekamar itu memutuskan untuk beristirahat di perpustakaan, di kursi paling ujung, tempat yang jarang disinggahi oleh murid SMA Kebangsaan sebab letaknya yang lumayan jauh dan minim pencahayaan.

“Baca apa lo?” tanya Herlan mendekati Jibran yang sedang fokus membaca buku di tangannya. “Kumpulan Rumus Kimia,” bacanya melihat pada judul buku. Mata Herlan beralih, membaca satu-persatu judul buku yang sedang dibaca ketiga temannya yang lain.

Herlan menghela napas jengah, saat mendapati semua buku yang dibaca teman-temannya merupakan buku pelajaran, tidak seperti dirinya yang lebih tertarik membaca buku cerita. “Kayaknya, gue salah nempatin kamar,” gumamnya saat menyadari semua teman sekamarnya merupakan sekumpulan manusia berotak encer, tidak seperti dirinya yang pas-pasan.

“Gue cari cerita yang lain ah,” ucapnya seraya berdiri, hendak mencari buku cerita lainnya yang sekiranya seru. Sebab buku ditangannya sudah selesai dirinya baca.

“Jangan buku cerita terus yang dibaca, kali-kali baca buku pelajaran deh, Her,” saran Jovan sepelan mungkin, karena dirinya sadar, ia sedang berada di area perpustakaan yang berarti tidak boleh mengeluarkan suara terlalu keras. Itu bisa mengganggu kenyaman siswa lainnya yang sama-sama sedang membaca buku.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang