STH || 22

425 46 2
                                    

Saat sedang fokus mencari data yang mereka inginkan, kelimanya dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka dan sebuah kalimat penuh kebingungan yang kentara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sedang fokus mencari data yang mereka inginkan, kelimanya dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka dan sebuah kalimat penuh kebingungan yang kentara.

"Kok kebuka ya?"

Herlan memandang teman-temannya lalu berucap pelan, "Kayak suara Pak Yopi?"

"Sttt!" Randika langsung menutup mulut Herlan menggunakan telapak tangan kanannya. "Itu emang Pak Yopi," lanjutnya setelah melihat siluet tubuh pak Yopi di balik jendela kecil yang sedikit terbuka gordenya.

Suara langkah kaki yang terbalut sepatu mulai terdengar memasuki area ruangan, membuat kelimanya harus berdesakan bersembunyi di balik kolong meja yang sempit.

"Siapa disini?" tanya pak Yopi seraya mengarahkan senter yang dibawanya ke segala penjuru ruangan, mencoba mencari sesuatu yang sekiranya mencurigakan.

Dahinya mengernyit saat tak menemukan apa-apa disana. "Ah, kayaknya lupa dikunci deh pintunya," gumam pak Yopi seraya berbalik keluar, lalu mengunci pintu ruangan kepala sekolah menggunakan kunci cadangan yang dirinya miliki.

Jibran, Jovan, Yahsa dan Randika menghela napas lega. Sedangkan Herlan langsung melepaskan bekapan Randika di mulutnya. "Engap, njing!" ucapnya yang dibalas Randika dengan sebuah kekehan dan satu kata 'maaf'

"Itu Pak Yopi katanya ada keperluan keluarga, jadi nggak bakalan patroli, eh tiba-tiba udah ada di sekolah aja."

"Mungkin keperluan keluarganya di cancel."

"Bisa gitu ya." Hanya sebuah gelengan sebagai balasan.

"Gimana, kalian udah nemuin berkasnya?" tanya Yahsa setelah tersadar tujuan mereka ke ruangan kepala sekolah.

"Nggak."

"Gue nggak nemuin apa-apa."

"Berarti, berkasnya bisa aja disimpen di ruangan lain," ucap Herlan yang disetujui keempatnya. "Menurut kalian dimana?"

"Bisa aja di ruangan utama," jawab Jovan

"Ruangan utama? Maksudnya?" Yahsa menaikkan satu alisnya meminta penjelasan.

"Ruangan utama itu, ruangan yang katanya merupakan ruangan yang sering dipake yang punya sekolah kalau lagi berkunjung ke sekolah ini, letaknya ada di ujung deket asrama kita," jelas Randika.

"Yang punya sekolah sering kesini?" tanya Yahsa penasaran.

"Enggak sering, cuma pernah. Itupun gue dapet info dari si Herlan. Karena dari pertama gue masuk ini sekolah, yang punya sekolah enggak pernah dateng secara langsung, iya kan Jib, Jov?" Randika beralih pada kedua temannya. Yang dibalas Jibran dan Jovan dengan anggukan. Ya, keduanya juga belum pernah melihat wajah si pemilik sekolah.

"Berarti cuma elo yang pernah lihat siapa pemilik sekolah?" tanya Yahsa pada Herlan yang sedang memainkan kunci di tangannya.

"Hm," jawab Herlan malas, sumpah dirinya tiba-tiba merasa lelah dan ngantuk. "Itu lo kan?" celetuknya bertanya.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang