STH || 32

499 50 3
                                    

Disclaimer!

Semua yang terjadi dalam cerita hanya karangan belaka, dan tidak untuk di tiru! Sekali lagi, TIDAK UNTUK DI TIRU!

Note : Tulisan miring, berarti sedang flashback ya.

Dapat Anna lihat, bagaimana lengan pemuda itu gemetar dengan napas yang terdengar berat, terlihat panik bercampur ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapat Anna lihat, bagaimana lengan pemuda itu gemetar dengan napas yang terdengar berat, terlihat panik bercampur ketakutan. Sesekali orang itu juga mengecek kembali pernapasan Sasila, setelah sebelumnya mengenakan kembali seragam yang Sasila pakai.

Pemuda itu terlihat menghubungi seseorang, hingga tak lama kemudian datang seseorang yang langsung membuka pintu dengan kencang. Beruntungnya Anna yang semula berdiam diri di dekat pintu sudah berpindah tempat ke pojok ruangan. Disana ada satu lemari yang dapat menutupi tubuhnya. Sehingga ia tidak perlu takut akan ketahuan.

Dan saat melihat siapa yang datang, Anna kembali dibuat terkejut. "Itu kan?" gumamnya tak menyangka.

"Ya ampun, Den! Kenapa bisa begini?" tanya orang itu menatap pemuda di hadapannya meminta penjelasan. Kemudian menatap tubuh Sasila yang terlihat sudah memucat.

"Bapak nggak perlu tahu, yang pasti bantuin saya kuburin mayat Sasila," jelas pemuda itu.

"Tapi, Den! Saya nggak mau," ucap orang itu yang pastinya akan menolak. "Saya takut," lanjutnya seraya akan berjalan meninggalkan ruangan.

"Oh, Bapak lebih memilih di pecat dari kerjaan bapak, dan keluarga Bapak menjadi gembel? Ketimbang bantuin saya? Atau Bapak mau saya buat menderita?"

Mau tak mau, orang itu menghentikan langkahnya. Bagaimana ini? Haruskah dia menuruti perintah pemuda itu atau lebih baik pergi saja? Namun, pekerjaan dan keluarganya yang nantinya akan menjadi taruhan.

"Gimana, Pak? Semua keputusan ada di tangan Bapak."

Keheningan melanda ruangan tersebut, si pemuda sedang menatap lelaki dihadapannya dengan pandangan meremehkan, sedangkan orang yang sejak tadi dipanggil bapak itu sedang mencoba menimbang.

Si bapak terlihat menghela napas panjang, jika dilihat lagi, badannya terlihat gemetar. Dan pandangannya pun terlihat dipenuhi rasa takut. "Yasudah, saya bantuin! Tapi, saya nggak mau kalau saya harus terlibat lebih jauh! Apalagi sampai harus masuk penjara."

"Bapak tenang saja, saya yang menjamin. Lagipula, jika Bapak tidak membocorkan kejadian ini, maka semuanya akan aman terkendali. Karena hanya kita berdua yang tahu."

"Bangsat kalian berdua," umpat Anna pelan. "Terutama lo, Kak," lanjutnya pada pemuda yang sedang membantu mengangkat tubuh tak bernyawa Sasila ke gendongan lelaki yang dipanggil bapak.

"Awas aja, gue bakalan laporin kalian ke pihak berwajib, gue pastikan juga kalian akan mendekam di balik jeruji besi selama-lamanya," ucapnya penuh ambisi seraya menatap ponselnya yang terdapat video berupa bukti yang bisa dirinya berikan pada pihak kepolisian.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang