STH || 11

474 43 0
                                    

Setelah semua pembelajaran usai, Randika memutuskan untuk pergi ke toilet tanpa memberitahu Herlan yang sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua pembelajaran usai, Randika memutuskan untuk pergi ke toilet tanpa memberitahu Herlan yang sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.

“Mau kemana lo?” tanya Herlan saat menyadari Randika sudah tak berada di sampingnya.

“Toilet,” jawab Randika yang kebetulan baru sampai ambang pintu kelas, setelahnya ia melanjutkan langkahnya dengan cepat. Ekspresi yang ditampilkan datar, dan membuat semua yang disana mengerutkan kening, merasa heran dengan perubahannya.

“Itu jelema teh kunaon?” tanya Herlan pelan pada diri sendiri, “jangan-jangan kemasukan setan lagi?” lanjutnya heboh seraya membelalakkan matanya, dan buru-buru berlari mengejar Randika.

*Itu orang kenapa?

Saat berlari, Herlan sampai menabrak beberapa temannya yang akan keluar dari kelas.

Di sisi lain, Yahsa yang sama-sama baru keluar kelas menatap Herlan dengan ekspresi kebingungan yang kentara di wajah tampannya.

“Lo kenapa, Her?” tanya Yahsa mencegat Herlan dengan cara menahan pergelangan tangannya.

Dengan paniknya Herlan mengambil kedua tangan Yahsa, menggenggamnya dengan erat. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Yahsa dengan dramatis. Membuat Yahsa sontak menjauhkan wajahnya.

“Lo kenapa sih? Jangan deket-deket!” pekik Yahsa merasa takut sendiri dengan kelakuan teman sekamarnya itu.

“Sa!” panggil Herlan pelan dengan ekspresi seolah tersakiti dengan reaksi Yahsa. “Kamu jahat!” lanjutnya semakin mendramatisir.

“Apasih, Her!” balas Yahsa seraya memutarkan bola matanya malas. “Alay banget, najis.”

Mendengar respon sang teman, Herlan menggerutu, “Kalau gue lagi ngedrama, lo bales dengan drama juga dong Sa, kayak di drama-drama Korea gitu. Bantuin gue, gue itu sedang mencoba akting dengan baik, siapa tahu nanti ada yang nawarin casting. Lumayan kan,  gue nanti masuk tv terus dapet duit, ….” jelasnya disertai tatapan berbinar.

Yahsa mendengus malas, sepertinya pemuda di depannya ini ngebet sekali ingin masuk tv. “Makin nggak jelas ini orang,” gumamnya.

Dari arah kelas 11 IPA 1, keluar Jibran dan Jovan berbarengan, keduanya mendekati Yahsa dan Herlan.

Jovan mengerutkan kening, saat melihat ekspresi tertekan yang ditampilkan Yahsa, sedangkan Herlan masih asik mengoceh.

“Kalian berdua kenapa sih?” tanyanya membuat Herlan berhenti berbicara.

“Nggak mood gue, dengerin ocehan dia yang nggak masuk akal,” jawab Yahsa.

Herlan memberengut. “Apanya yang nggak masuk akal coba, Sa? Gue kan cuma mau menyuarakan keinginan gue, supaya bisa masuk tv. Atau seenggaknya gue mau jadi scriptwriter deh, biar bisa buat skenario yang sangat-sangat plot twist. Yang orang lain nggak bakalan bisa nebak.”

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang