Karena rasa penasaran yang masih tinggi melanda Herlan, Yahsa, Randika, Jovan dan mungkin Jibran. Malamnya, kelimanya memutuskan untuk mengecek keadaan di toilet tempat dimana ditemukan darah yang membuat heboh satu asrama itu.
Tepat pukul sepuluh malam, saat dimana penghuni asrama yang lainnya sudah tertidur, dan mengunci pintu asrama. Kelimanya justru berada di luar, berjalan kearah tujuan mereka.
“Ini beneran nih? Nggak besok aja kesananya?” tanya Herlan yang berjalan pelan di posisi paling depan.
Yahsa menggelengkan kepalanya. “Enggak, gue penasaran dan harus mastiin sendiri kesana,” jawabnya yakin.
Sedangkan ketiga yang lainnya hanya diam dan mengikuti langkah Herlan dan Yahsa. Sebenernya mereka juga penasaran. Namun, ada sedikit rasa takut, karena ini merupakan kali pertama mereka melanggar peraturan asrama, begitupula dengan Herlan.
Karena di asrama SMA Kebangsaan, terdapat peraturan tertulis yang dimana saat pukul sembilan malam keatas, semua penghuni asrama harus sudah berada di kamar asrama, tanpa terkecuali. Tidak boleh ada yang berkeliaran diatas jam tersebut.
Saat sudah berada di dekat toilet tempat kejadian. Mereka melihat sesuatu yang membuat kelimanya saling tatap dengan kening yang mengernyit.
“Itu, Pak Jayden kan?” tanya Randika dengan suara pelan. Ia menatap keempat temannya yang mengangguk bersamaan. “Habis ngapain dia dari toilet itu?”
“Lah iya, terus ini kan udah malem. Kenapa dia masih ada di sekolah? Bukannya seharusnya udah pulang ya?” tambah Jovan yang ikut mengeluarkan kebingungannya.
Pak Jayden yang mereka sebutkan merupakan seorang kepala sekolah di SMA Kebangsaan.
“Dia kan kepala sekolah disini, ya nggak papa dong kalau dia masih ada di sekolah. Mungkin masih ada urusan. Lagipula, bisa jadi dia habis ngecek toilet buat memastikan,” sahut Herlan disetujui oleh keempatnya. Benar juga.
Kelimanya melangkah semakin mendekati toilet saat melihat pak Jayden yang sudah menghilang di belokan ujung sekolah.
“Lo masuk duluan!” Herlan dengan santainya menarik Jibran yang sejak tadi terdiam, lalu mendorongnya memasuki toilet. Membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari Jibran yang hanya dibalas Herlan dengan sebuah cengiran dan tanda peace. “Kita damai, Abang Jibran ganteng.”
Jibran mendengus seraya menaikkan kedua tangannya diatas dada, lalu menyenderkan punggungnya pada dinding toilet. Tanpa merasa takut dengan keadaan toilet yang gelap dan sunyi.
Herlan, Randika, Jovan dan Yahsa memasuki toilet satu persatu. Setelah sebelumnya menekan saklar di luar pintu toilet, membuat lampu yang semula padam kembali menyala, menyinari seluruh penjuru toilet.
“Lho, nggak ada apa-apa disini. Tempatnya bersih banget lagi, kayak nggak ada kejadian apapun,” kaget Yahsa saat tak melihat sedikitpun darah di lantai toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something To Hidden || 00L NCT
Mystery / Thriller[ON GOING] - [MYSTERY + HORROR] "Semuanya belum usai, semuanya harus terpecahkan!" • • Something to Hidden, berkisah tentang lima remaja laki-laki yang tinggal di sebuah asrama yang disediakan oleh tempat mereka menimba ilmu. Awalnya tidak ada keane...