STH || 13

454 53 12
                                    

“Biar gue cek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Biar gue cek.”

Karena tak ada seorang pun yang memasuki kamar, Herlan lantas berdiri dari posisinya, berniat mengecek keluar, sedangkan Jibran dan Randika lebih memilih menunggu sembari kembali dengan aktivitas masing-masing.

“Siapa sih? Nggak ada kerjaan banget malem-malem buka pintu kamar orang sembarangan,” gumam Herlan saat sudah berada diluar kamar, namun tak menemukan indikasi akan adanya seseorang disekitar kamarnya.

Herlan memicingkan matanya, saat netranya menangkap sesuatu atau seseorang? Berambut panjang, dibalut seragam sekolah SMA Kebangsaan. Di depan kamar yang terletak paling ujung, kamar yang tidak berpenghuni.

“Ngapain tuh cewek diem disitu malem-malem?” tanyanya pada diri sendiri. “Mana ini di asrama khusus cowok lagi.”

“Jangan-jangan mau ngelakuin hal yang nggak baik lagi.” Dalam benaknya mulai timbul pikiran-pikiran negatif. Apa maksud perempuan tersebut berdiri disana?

Karena penasaran, Herlan memilih berjalan secara perlahan, mendekati tempat tersebut. Sesekali kepalanya menoleh ke kanan dan kiri. Memastikan, adakah sesuatu yang lain yang juga mencurigakan.

Saat sudah sampai dihadapan cewek tersebut, tangan Herlan terangkat, menepuk bahu si perempuan berambut panjang itu. “Lo lagi ngapain disini? Ini kan kamar asrama khusus cowok,” tanyanya kemudian disertai sebuah pemberitahuan.

Hening!

Perempuan tersebut tak merespon ucapannya, bahkan berbalik pun tidak. Dan itu membuat Herlan sedikit kesal.

Lagi, Herlan tepuk bahu tersebut. Kali ini beberapa kali. “Kalau ditanya itu jawab, geulis!”

*Cantik

Akhirnya, perempuan tersebut berbalik dengan cepat, membuat Herlan langsung terkesiap, tubuhnya mematung dengan mata membola. Kenapa begini?

Sedangkan di dalam kamar, Jibran yang merasa Herlan terlalu lama di luar, ikut menyusul. Sama seperti Herlan tadi, ada kebingungan yang terpatri di wajah tampan Jibran, saat tak melihat seorang pun di luar.

“Kemana?” tanyanya pelan, kemana yang dimaksud Jibran adalah Herlan.

Bruk!

Suara lumayan keras tersebut menyita perhatiannya, begitupun dengan Randika yang berdiri di dekatnya setelah menyimpan ponsel. “Itu suara apa? Terus, Herlan kemana?” tanya Randika yang tak dihiraukan Jibran.

Jibran menoleh ke sumber suara. Di detik selanjutnya, Jibran langsung berlari menghampiri suara keras yang ternyata bersumber dari Herlan, yang jatuh tergeletak, dalam keadaan tidak sadar. Begitupula dengan Randika.

“HERLAN!”

Raut wajah keduanya berubah panik bercampur khawatir setelah bersimpuh di sisi tubuh Herlan. Jibran menepuk pipi Herlan beberapa kali, sedangkan Randika menggoyangkan bagian tangan. Keduanya sama-sama mencoba membangunkan Herlan.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang