STH || 14

466 49 3
                                    

Karena sekarang hari libur, pagi-pagi sekali, Randika memulai dengan mencuci beberapa pakaian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena sekarang hari libur, pagi-pagi sekali, Randika memulai dengan mencuci beberapa pakaian. Dan menjemurnya di depan kamar asrama, yang memang sudah tersedia jemuran disana.

Kalian tahu?

Ternyata, sosok yang semalam bertemu dengan Herlan kembali muncul. Kali ini, sosok tersebut memperlihatkan wujudnya pada Randika. Mengejutkan Randika yang baru saja selesai dengan jemurannya.

Randika langsung bergegas memasuki kamar, tak lupa pintu ia kunci. Kedua tangannya memegang dadanya yang terasa berdegup, sangat kencang. Sebab rasa takut yang menyelimuti.

“Kenapa?” tanya Jibran yang baru saja selesai dengan mandi paginya.

Randika tak menjawab, ia mencoba untuk bersikap tenang. Setelah dirasa tenang, barulah ia memberikan jawaban. “Gue lihat sosok yang semalem diceritain Herlan, Jib,” jelasnya disertai rasa takut. “Dia nunjukin telapak tangannya, yang dimana disana ada kata ‘tolong’ persis kayak tulisan yang kita temuin di cermin toilet sama di kotak hitam yang menghilang.”

“Beneran?” Jibran mencoba memastikan.

Membuat yang ditanyai mengangguk. “Beneran Jib, tapi yang gue temuin, nggak ada tali di lehernya.”

Yahsa yang baru saja terbangun langsung mendekati dua temannya. “Ada apa? Pagi-pagi udah rame aja.”

Dan dari arah dapur, datang Jovan dengan membawa segelas air putih di tangannya. Sedangkan Herlan, dia masih asyik bergelung dibalik selimutnya.

Mau tak mau, Randika ceritakan kembali tentang apa yang dilihatnya. Dan hal tersebut membuat keduanya tentu saja terkejut. “Lo salah lihat kali,” ucap Jovan.

“Nggak, gue yakin banget itu yang ditemuin sama Herlan. Ciri-ciri sosoknya sangat persis sama yang diceritain Herlan semalem.”

Mendengarnya membuat bulu kuduk Yahsa, terasa meremang. “Kok, gue makin ngerasa takut ya,” celetuknya.

“Sadar nggak sih? Kita udah nemuin kata itu (tolong) beberapa kali. Kayaknya, mulai sekarang kita harus lebih serius lagi cari apa yang sebenernya terjadi atau pernah terjadi di sini,” jelas Jovan menatap ketiga temannya bergantian.

“Walaupun kemarin, kita sempet cari tahu, tapi pas kotak hitam yang kita temuin itu hilang. Kita mulai berhenti nyari tahu.”

“Mulai sekarang, kita cari tahu bareng-bareng. Entah secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan,” timpal Herlan yang ternyata sudah membuka mata dan mendengar penjelasan Jovan.

“Kalau perlu, kita tanya ke guru-guru yang udah lama ngajar disini.” Jibran ikut menambahkan.

“Oke.”

•••

Siangnya, kelimanya habiskan di dalam kamar. Mengobrol, membahas tentang kejanggalan-kejanggalan yang mulai menghampiri. Mereka, kecuali Jibran, begitu serius menceritakan semuanya.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang