STH || 20

443 49 0
                                    

Setelah memastikan keadaan Yahsa baik-baik saja, keempatnya memilih menunggu Herlan terbangun dari pingsannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan keadaan Yahsa baik-baik saja, keempatnya memilih menunggu Herlan terbangun dari pingsannya.

Jovan menyempatkan diri pergi keluar untuk mengambil jatah makan mereka. Ya, sebenernya asrama mereka juga sering menyiapkan menu makanan untuk makan pagi dan malam. Namun saat malam, mereka berlima lebih sering beli, karena ingin menu yang berbeda dari biasanya. Dan jatah mereka, sering mereka berikan pada teman sebelah kamar mereka atau pada yang lainnya.

Hingga dua jam lamanya mereka menunggu, akhirnya Herlan terbangun

Herlan menatap teman-temannya satu persatu. "Gue kenapa tiduran begini?" tanyanya, "perasaan tadi kita mau pergi ke ruang kepala sekolah kan?" lanjutnya seraya bangun dari posisi berbaringnya.

"Nggak jadi, karena lo yang tiba-tiba kesurupan."

Mata Herlan membola. "MASA SIH? KOK GUE NGGAK SADAR YA?" pekiknya heboh.

Ctak!

"Ya, iyalah, yang namanya kesurupan pasti nggak bakalan sadar," jawab Randika setelah menjitak kening teman sekamarnya itu.

"Lama-lama, gue jadi bego lo jitakin terus, Ran," keluh Herlan mengusap-usap area keningnya.

"Kan, emang udah bego," celetuk Jovan membuat Herlan menatap temannya itu sebal.

"Heh, enak aja. Gue nggak bego ya. Otak gue itu setengah-setengah lah, nggak bego, nggak pinter juga."

"Sama aja, ada begonya," sahut Jibran.

"Iya deh, si paling pinter," balas Herlan disertai decakan.

"Gue sama yang lain cuma bercanda kali," ucap Jovan seraya mengusap wajah Herlan dengan telapak tangannya.

"Anjing, tangan lo kok bau? Lo habis ngapain?"  tanya Herlan saat mencium bau dari tangan Jovan, sembari mengusap wajahnya yang terasa berminyak.

"Oh, ini tadi gue habis makan, belum cuci tangan," jawab Jovan santai.

"Jovanjing, muka gue jadi berminyak nih." Herlan beranjak dari kasurnya, lalu berlari ke arah kamar mandi, hendak mencuci wajahnya.

"Sana lo, cuci tangan! Jorok banget, heran." Randika mendorong Jovan yang bukannya langsung cuci tangan, malah memilih duduk di kasur Herlan.

"Males," jawabnya namun tetap melangkahkan kaki ke westafel.

Sekembalinya Herlan dari kamar mandi, matanya langsung tertuju pada Yahsa yang sejak tadi diam tak bersuara.

"Lo kenapa diem terus dari tadi?" tanyanya. Matanya memicing saat melihat bekas merah melingkar di leher putih Yahsa. "Leher lo, kenapa dah?"

"Dia habis di cekik sama lo."

Jawaban dari Jibran membuat Herlan mengernyitkan keningnya. "Loh, kapan?"

Randika lantas menceritakan tentang apa yang terjadi pada teman sekamarnya secara rinci. Dan itu membuat Herlan langsung mendekati Yahsa yang ternyata sedang memperhatikan dirinya.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang