STH || 08

599 51 2
                                    

“Menurut kalian, kenapa bisa ada banyak darah di toilet cowok?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Menurut kalian, kenapa bisa ada banyak darah di toilet cowok?”

Pertanyaan dari Herlan menghentikan keheningan yang terjadi antara ia dan keempat roomatenya

“Gue curiga ada orang yang habis melakukan kekerasan disana! Semacam bullying? Maybe,” jelas Jovan seraya mengedikkan bahunya diakhir ucapannya.

“Tapi, kalau bullying, siapa yang jadi korbannya? Dan kenapa darahnya bisa sebanyak itu?” Randika bersuara, ia merasa ada yang mengganjal dengan kejadian yang terjadi.

Sore ini, seluruh penghuni asrama SMA Kebangsaan dihebohkan dengan adanya penemuan darah di toilet cowok yang terletak di sekolah. Namun anehnya, mereka tidak melihat adanya seseorang di toilet tersebut, hanya darah yang menggenangi lantai dengan bau yang menyengat.

“Jangan-jangan, disana ada pembunuhan lagi. Terus mayatnya dibuang ke sungai,” ucap Herlan berspekulasi.

“Bukan,” sahut Jibran cepat, membuat keempat pasang mata langsung tertuju kearahnya.

Menatap Jibran, tak lupa memicingkan mata, Herlan berucap, “Kenapa lo bisa bilang bukan? Sedangkan lo dan kita aja nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya?”

Feeling gue, ya itu emang bukan darah manusia.”

“Terus, darah apa?”

“Bisa aja itu darah hewan. Yang pasti, itu bukan darah manusia,” jawab Jibran serius.

Mendengar jawaban Jibran, Randika, Herlan dan Jovan mengangguk. Ya, masuk akal, bisa jadi itu memang darah hewan kan?

Keheningan kembali melanda kelimanya, Jibran kembali mengerjakan tugasnya, Randika melanjutkan kegiatan menggambarnya, sedangkan Herlan dan Jovan, yang tugas sekolahnya sudah selesai, memilih bermain game di komputer masing-masing.

“Bjir, gue kalah lagi,” umpat Herlan menggeser kan mouse yang dipegangnya dengan kasar, merasa emosi sebab kembali kalah dalam permainannya.

Berbeda dengan Jovan yang tertawa keras seraya bertepuk tangan, merasa bangga setelah berhasil mengalahkan Herlan.

“Gue jago banget,” ucap Jovan jumawa sembari mulai mencari-cari permainan yang sekiranya seru, yang dibalas decakan oleh Herlan.

Mata Herlan bergulir menatap Yahsa yang sedari tadi banyak diam.

“Psst,” desisan dari Herlan membuat Randika, Jovan dan Jibran menghentikan kegiatan masing-masing, dengan kening mengernyit.

“Kenapa?” tanya Jovan menatap Herlan penuh keheranan.

“Lihat noh!” Herlan menunjuk Yahsa yang sedang melamun dengan dagunya. “Dia dari tadi ngelamun terus perasaan.”

Randika memutuskan untuk berhenti dengan alat menggambarnya, kakinya melangkah pada Yahsa yang sedang terduduk di kasurnya.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang