STH || 29

365 45 2
                                    

"Silahkan tuan-tuan, di makan jamuannya," ucap Randika berpose bak pelayan kerajaan sembari meletakkan beberapa kantong kresek di tangannya diatas rerumputan tepat dihadapan Herlan, Jibran dan Jovan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan tuan-tuan, di makan jamuannya," ucap Randika berpose bak pelayan kerajaan sembari meletakkan beberapa kantong kresek di tangannya diatas rerumputan tepat dihadapan Herlan, Jibran dan Jovan.

"Ah, terima kasih pelayan tersayang," balas Herlan mengeluarkan suara kemayu ala-ala banci pinggir jalan, dan memberikan senyuman manis pada Randika, seraya mengedipkan matanya genit.

Hal tersebut tentu saja membuat Yahsa, Randika, Jovan dan Jibran mengerutkan kening, merasa jijik dengan tingkah laku Herlan.

"Anjing, jijik gue," umpat Randika yang kemudian menghempaskan tubuhnya diatas rerumputan hijau tersebut.

"Wuih, banyak banget yang kalian beli." Herlan mengeluarkan makanan di kresek satu-persatu, tanpa mengindahkan umpatan dari Randika, beserta tatapan jijik dari ketiga temannya. Herlan kan hanya bercanda tadi.

"Sesuai permintaan lo," balas Yahsa. "Dan semuanya harus habis tanpa sisa!"

"Tenang Sa, gue nggak akan menyia-nyiakan makanan dari hasil traktiran lo ini. Pasti nanti Jovan abisin kok."

"Lah, kok gue?" Jovan menunjuk dirinya sendiri, kenapa namanya dibawa-bawa?

"Ayolah Jov, kalau semisal ini nggak habis, lo harus bantuin gue buat ngambisin ini semua. Ya, ya, ya?" Herlan mulai mengeluarkan jurus andalannya, ia bergelayut di lengan kekar Jovan, layaknya anakan monyet pada ibunya. Berniat membuat Jovan risih, lalu menyerah meminta dilepaskan dan mengiyakan permintaannya.

Jovan buru-buru mencoba melepaskan kedua tangan Herlan. Namun tidak bisa, Herlan terlalu erat melilit tangannya. "Lepasin!"

"Nggak akan sebelum lo jawab iya."

"Gue nggak mau, lo habisin aja sendiri."

"Yaudah, kita gini aja terus," ancam Herlan berniat menyenderkan kepalanya pada bahu Jovan. Yang membuat Jovan menggerakkan bahunya, berusaha menghalau kepala teman gemininya itu.

"Awas, Her!"

"Nggak mau!"

"Yaudah, iya. Gue bakalan bantuin lo buat habisin ini makanan." Pada akhirnya, Jovan mengiyakan permintaan Herlan, walaupun dengan nada terpaksa di ucapannya.

"Nah, begitu dong. Itu baru namanya temen gue," ucap Herlan disertai cengiran andalannya sembari melepaskan kedua tangannya, lalu sedikit mengambil jarak dari Jovan.

"Yuhu, makanan gratisan." Herlan mengambil satu potong martabak mini, lalu melahapnya sekaligus. Membuat kedua pipinya mengembung, sebab terlalu besar jika menampung makanan manis itu di mulutnya.

"Pelan-pelan kan bisa," ucap Jibran menatap Herlan jengah.

•••

Satu jam kemudian, hanya tersisa beberapa jajanan yang belum termakan. Jibran, Randika dan Yahsa memilih menyudahi, saat merasakan perut mereka yang terisi penuh.

Something To Hidden || 00L NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang