TDLB 9 🐦

1.4K 138 4
                                    

A/n : dear pembaca yang baik, jika sekiranya ada plot yg geser dan nggak nyambung sama plot di chapter2 sebelumnya, tolong ditandai ya. Mohon kasih tau aku supaya aku perbaiki. Soalnya sblm nulis chapter ini sempat berhenti dulu lumayan lama. Jd suka lupa dikit2 plotnya. Makasi🐦

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Camila sakit!

Bukankah ini keberuntungan?

Rayyan tidak bisa berhenti tersenyum ketika sedang membantu Yosep. Ini adalah sebuah keberuntungan karena seseorang tidak akan mengganggunya lagi di awal pekan. Ia tidak mengenal Camila, dan seharusnya ia tidak terlibat dengan bangsawan kejam itu, tapi ia selalu dipukul setiap bertemu dengannya. Kadang Rayyan merinding jika melihat wajah Camila. Gadis muda itu seperti punya sejuta rencana jahat di kepalanya.

"Kau terlihat senang? Apa ada sesuatu?"

"Tentu saja aku senang. Memandikan kuda kan menyenangkan." jawab Rayyan. Tapi dicibir oleh Yosep.

"Ya jika kau melakukannya hanya untuk bersenang-senang. Kau tidak tahu saja betapa muaknya aku memandikan semua kuda di sini? Ayolah, mereka tidak bisa mandi sendiri? Atau setidaknya jangan menduduki kotoran mereka sendiri. Aku mohon." Yosep bertingkah berlebihan lagi kali ini. Rayyan sudah mulai maklum dengan itu. Tapi ia tetap saja akan tertawa dengan celotehan Yosep yang terdengar memelas.

Memang, untuk sekarang begitu. Rayyan hidup dengan nyaman. Tapi ini sungguh jauh lebih baik. Ratusan kali lebih baik daripada saat ia masih disiksa di panti.

"Aku tidak pernah berpikir memandikan kuda sebagai pekerjaan adalah hal yang memuakkan. Karena kuda tidak akan pernah mengatakan bahwa kamu bodoh dan jelek, atau bau dan menjijikan. Mereka hanya akan meringkik dan sesekali menjilat kita.. itu bukan hal yang buruk." Rayyan mengelus surai kuda kecil itu.

Yosep terdiam, Rayyan benar juga. Sekarang ia teringat akan asal usul Rayyan. Anak kecil ini berasal dari panti asuhan. Ia yang tak pernah merasakan kehidupan Rayyan juga tak tahu apa saja yang sudah dilalui tubuh kecil ini hingga berhasil bertahan sejauh ini.

"Kau benar. Aku jadi tambah semangat menggosok kaki kuda ini. Hehe..." Yosep tersenyum cerah. Rayyan tertawa terbahak melihat betapa konyolnya tingkah Yosep saat ini. Yah, hidup sebagai rakyat biasa memang penuh dengan warna. Rayyan bersyukur karena dia tidak menjadi bangsawan yang diatur dalam segala hal. Kebebasan ini membuatnya bahagia.

"Setelah ini aku mau membantu Tuan Dony memetik apel, apa kau mau ikut?"

"Apel juga? Aku pikir Tuan Duke hanya memiliki kebun anggur."

"Kau salah, mesti tidak sebesar kebun anggur, apel milik keluarga ini adalah yang terbaik se kekaisaran."

"Kau melebih-lebihkan. Tapi aku juga mau ikut."

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang