36. TDLB 🐦⛔️

2.2K 98 13
                                    

****
Jgn lupa vote dan komen ya. Part anuannya bisa diskip.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Camila mendengus setelah keluar dari mansion ayahnya. Setelah memberikan semua informasi soal kediaman Askary, ayahnya masih belum puas dan kembali meminta surat tambang marmer yang menjadi mahar Servian. Padahal sudah dia katakan berkali-kali kalau Servian akan memberikannya setelah pulang dari ibu kota.

"Aku sudah menjadi Duchess, tapi aku masih belum bisa terbebas dari ayah." gumam Camila. Ia melihat ke arah luar jendela kereta kudanya, "Kita ke rumah itu." ujarnya kemudian.

"Baik, nona." balas Anne.

Untungnya ketika Camila mengatakan pada Martha bahwa ia tak bisa merasa tenang tanpa Anne, wanita paruh baya itu langsung percaya. Jadi Martha tak berusaha melayaninya.

Camila memasuki rumah dua lantai berukuran cukup besar itu dengan santainya. Rumah ini memang jauh lebih sederhana dari manor milik ayahnya, ataupun milik Servian. Tapi jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain di sekitarnya, rumah ini berukuran lebih besar.

"Bawa kereta kudanya ke tempat lain."

Camila memang cukup cerdik. Ia tidak pernah menggunakan kereta kuda Marquess untuk pergi ke tempat-tempat tidak terpuji seperti rumah bordil. Dan tentu saja ia juga gak menggunakan kereta kuda dengan lambang Askary ke tempat ini. Jika ada yang melihatnya, reputasinya bisa dipertanyakan. Para pemburu warta juga akan menggali kehidupannya hingga mereka menemukan jawaban yang mereka inginkan.

"Baik, Nona." Selebihnya, Anne akan menunggu di kereta kuda jika Camila tidak menginap. "Apa Anda ingin menginap?"

Camila mengangguk, "katakan pada kepala pelayan kalau aku tengah berada di kediaman Marquess." ucap Camila.

"Baik, saya akan melaksanakannya."

Anne keluar dari rumah itu dan masuk ke dalam kereta kuda. Sedangkan Camila menaiki tangga untuk menuju ke kamar Carle. Rupanya pria itu tengah membersihkan lantai 2. Dengan tubuh bagusnya, ia nampak tidak cocok memegang gagang pel ataupun sapu. Ia lebih cocok dengan sebilah pedang. Apa Carle pernah berlatih pedang? Tidak... sepertinya tidak akan ada waktu untuk itu, mengingat perjalanan hidupnya. Tapi Camila akan tetap bertanya.

"Carle." Pria yang dipanggil Carle itu menoleh. Ia tidak menyadari kedatangan Camila karena terlalu fokus pada pekerjaannya.

Begitu melihat Camila, ia meletakkan pelnya, lalu menghampiri sang wanita pujaan. "Nona, maaf karena saya tidak menyadari keberadaan Anda." Carle nampak canggung. Ia ingin mengecup punggung tangan Camila, namun tangannya pastilah kotor. Akhirnya ia hanya tersenyum kikuk. Namun juga sangat gembira. Camila datang setelah sebulan lebih tidak pernah menemuinya. Rasanya Carle hampir frustasi ketika berpikir bahwa Camila membuangnya.

"Saya senang karena Nona ternyata masih memikirkan saya. Saya sangat takut jika Anda membuang saya." Mata Carle sudah berkaca-kaca. Ia hendak memegang tangan Camila, namun takut wanita itu marah.

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang