24. TDLB 🐦

1.5K 175 35
                                    

****

Jgn lupa vote dan komen ya, sayang! Nanti diculik sama Servian kalo ga vote. 😔

Tolong tandain kalo ada typo atau kata yg kurang. Thx.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Tidak mudah ternyata mencari kuil di sana. Hanya ada 1 kuil yang ada di kota Portneer, dan itu ada di pusat kota. Sedangkan di desa tidak ada. Servian tidak mengatakan apapun selama perjalanan mereka. Dan perjalanan itu memakan waktu cukup lama karena mereka berjalan kaki. Selama mereka berjalan, hanya ada suara langkah kaki. Sesekali Renatta terseok karena ia merasa lelah. Tapi ia tidak mengatakan apapun. Ketika tiba di depan kuil, malam sudah semakin larut. Yang tadinya pukul 7 malam, kini sudah pukul 8 malam lebih.

Servian berdiri menghadap Renatta dan menatap gadis itu intens. Renatta dibuat salah tingkah dengan tatapan itu. Tanpa mengatakan apapun, Servian mengusap peluh di kening Renatta dan menata rambut pendek gadis itu agar lebih rapi.

"Ayo, kita harus segera masuk."

Servian kembali menggandeng Renatta, masuk ke dalam kuil dengan melewati belasan anak tangga. Rasa lelah yang dirasakan Renatta, membuatnya merasa kedua lututnya berubah menjadi sangat berat. Ia bahkan menahan ujung baju Servian supaya lelaki itu berhenti, "saya lelah."

"Sedikit lagi." Servian tersenyum menatap Renatta yang terlihat cemberut.

Dengan helaan napas panjang, Renatta mengikuti langkah Servian. Pria ini memang tidak terlihat lelah sama sekali. Dan itu membuat Renatta iri.

Ketika tiba di dalam kuil, seorang pendeta ingin mencegah mereka masuk. Sebab jam untuk berkunjung sudah habis. Ia tadinya ingin menutup pintu kuil, akan tetapi Servian dan Renatta sudah lebih dulu masuk.

"Aku ada urusan dengan pemimpin kalian."

"Anda bisa kembali esok hari. Karena jam berkunjung sudah habis."

"Tidak ada esok hari."

Pendeta itu mengernyit. Melihat penampilan kedua tamu tidak sopan di depannya dengan tatapan mencemooh. Tidak sepantasnya rakyat miskin seperti ini menerobos masuk ke dalam kuil dan bersikap sombong seperti ini.

"Para orang miskin seperti kalian memang kerap berbuat bar-bar. Tidak heran jika kalian akan terus miskin meski sudah bekerja hingga nyaris mati."

Renatta membelalakkan matanya mendengar omongan pendeta itu. Ia hendak berbicara, namun Servian lebih dulu menariknya untuk meninggalkan pendeta itu dan masuk ke dalam kuil.

"Hei! Kurang ajar! Beraninya kau menerobos masuk!" Pendeta itu mengejar keduanya sembari berteriak. Hal itu tentu saja membuat penghuni kuil yang lain berdatangan untuk melihat kegaduhan yang terjadi.

"Tangkap dua orang ini! Mereka berbuat tidak sopan di dalam kuil suci!" kata pendeta itu.

Ketika penjaga juga mulai berdatangan, Servian berhenti melangkah. Ia merangkul bahu kecil Renatta dan tersenyum meremehkan pada semua orang. "Panggil pemimpin kalian, atau kalian akan menyesal."

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang