TDLB 46 🐦

944 111 13
                                    

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mencari keberadaan Renatta dengan membeli informasi dari guild informasi memang pilihan yang tepat, namun Servian mencurigai sebuah guild tentara bayaran yang beroperasi secara sembunyi-sembunyi di sekitaran kawasan kumuh dekat pintu keluar ibu kota duchy. Setahun yang lalu Servian mengetahui bahwa guild itu kembali beroperasi dengan identitas baru dan tempat baru. Ia curiga Camila mengirim pembunuh bayaran untuk membunuh Renatta.

Camila pasti merasa senang ketika ia mengusir Renatta. Namun belum cukup puas karena ia hanya mengusirnya saja. Kenapa Servian tidak terpikirkan kemungkinan ini? Sekarang ia merutuki dirinya sendiri.

"Bodoh. Kenapa saat itu aku begitu emosi?"

Servian duduk di kursinya tanpa bisa membaca sebuah surat pun, padahal ada banyak surat yang harus ia balas, ada banyak laporan yang harus dia periksa dan tanda tangani. Sekarang ia malah hanya memikirkan Renatta yang entah masih hidup atau sudah mati.

Berbeda dengan Servian yang tengah kalang kabut mencari setitik informasi tentang Renatta, orang yang tengah dicari-cari itu kini sedang asyik berburu sembari menunggangi seekor kuda. Binatang yang ia buru berlari dengan cepat, sehingga ia butuh menunggangi kuda untuk mengejarnya. Setelah membidiknya, Marine melepaskan anak panahnya dengan kuat. Anak panah itu melesat cepat ke arah seekor menjangan yang sudah cukup tua. Tanduknya sangat cantik. Sayang sekali harus mati seperti ini. "Maafkan aku." ucap Marine sendu. Namun beberapa saat kemudian ia tersenyum cerah.

Seekor menjangan tidak akan cukup. Ia meninggalkan kudanya dan memburu beberapa ekor rubah serta burung. Setelah merasa cukup, Marine duduk di dekat kudanya berada dan meminum sebotol air yang ia bawa. Ia duduk di sana cukup lama. Agak lelah karena sudah seminggu ia tidak berburu sama sekali. Ayah dan kakaknya juga pergi ke luar kota. Jadi Marine harus tinggal di rumah bersama ibunya.

Dengan menggunakan sebuah karung, Marine mengangkut hasil buruannya. Ia tidak bisa membawa menjangan itu seorang diri sebelumnya, tapi kali ini ia berusaha membawanya dengan dinaikkan ke punggung kudanya. Setelah itu, Marine menuntun kudanya dengan perlahan kembali ke rumah.

Robin dan Eddy belum kembali ke rumah, membuat Marine tidak bisa berlama-lama di hutan atau ibunya akan memarahinya hingga telinganya panas keesokan harinya.

Tiba di halaman rumah ketika sore menjelang, Linda tengah duduk di beranda rumah sembari membuat bubuk herbal. Wanita itu menyadari kedatangan Marine dengan beberapa hasil buruan yang lumayan banyak. "Kau mau langsung ke pasar?" tanya Linda.

Menjangan yang Marine bawa masih hidup. Hanya tak bisa bergerak saja karena luka dari anak panah. Dan Marine juga terlalu lelah untuk menyembelihnya. Jadi wanita muda itu menggeleng. "Sepertinya besok saja."

"Baiklah, segera makan kalau kau lapar." Marine mengangguk.

Ia melepas ikatan rambutnya dan pergi membersihkan diri. Membuat beberapa percikan darah yang menempel di kulitnya ikut luntur dan hilang bersama dengan aliran air. Setiap ia mandi, dan menggosok perutnya, ia seperti merasakan sesuatu yang tak nyaman. Perasaan kehilangan yang sulit dijelaskan. Apa ada sesuatu yang terjadi sebelum ia jatuh dari tebing?

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang