23. TDLB 🐦

1.5K 160 33
                                    

***
Jgn lupa vote dan komen ya, terlebih buat yg minta double up. Jgn ngilang kelen!

****

Renatta bangun dari pingsannya. Ia mendudukkan dirinya dengan linglung. Ketika ia mengingat semuanya, wajahnya kembali memerah. Ia juga baru menyadari kondisinya saat ini yang hanya mengenakan sebuah kain tipis melilit setengah dadanya. Ia malu sekali. Ia harus lekas meninggalkan tempat ini kalau begitu.

Renatta turun dari ranjang. Lalu berjingkat ke arah pintu, dan membukanya sedikit untuk melihat keadaan di luar kamarnya. Napas Renatta tercekat saat ia melihat Servian duduk di sofa dengan segelas alkohol di tangannya.

"Sepertinya dia mabuk. Sudah berapa banyak botol dia habiskan."

Masalahnya, Servian tidak mudah mabuk. Jika pria itu mabuk, artinya ia sudah menenggak banyak sekali minuman beralkohol itu. Tapi ini bagus. Renatta harus memanfaatkan ini.

Ia berbalik dan mengenakan pakaiannya yang mudah untuk digunakan lari. Lalu melepaskan rambut palsunya dan mengambil sekantong uang yang ia miliki. Renatta hendak lari melalui jendela. Namun jendelanya sulit dibuka. Entah karena macet atau apa.

"Ck, lewat pintu adalah jalan satu-satunya." Ia menghela napas gusar. Lalu sepelan mungkin membuka pintu kamarnya. Sembari mengawasi sosok Servian, Renatta berjalan melewati pria itu. Ia mendesah lega ketika dirinya berhasil keluar dari rumah itu.

"Akh--!" Buru-buru gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat saat melihat sosok pria terbaring mengenaskan dengan darah dimana-mana di halaman rumahnya. Gila! Apa Servian yang melakukan ini? Apa pria ini mati?

Renatta tak ada banyak waktu lagi. Ia mengabaikan pria itu dan berlari keluar dari halaman rumahnya. Di sisi lain, Servian membuka matanya. Ia hanya pura-pura memejamkan matanya untuk melihat apa yang Renatta lakukan ketika sadar. Dan ternyata gadis itu kabur.

"Kau kabur setelah menipuku selama bertahun-tahun? Apa menurutmu ini akan semudah itu?"

Servian melemparkan gelas kaca yang ada di tangannya. Lalu berdiri dari duduknya. Ia meregangkan otot-ototnya dan berjalan keluar dari rumah. "Larilah yang jauh, karena saat aku berhasil menemukanmu... aku tidak akan membiarkanmu hilang dari pandanganku." Servian menyeringai.

Di jalanan yang gelap, Renatta berlari sembari terseok-seok karena dia tidak mengenakan sepatu. Ia hanya memiliki satu saja sepatu dan itu sepatu perempuan. Sulit untuk berlari dengan sepatu perempuan karena dia tidak terbiasa. Ia terus menoleh ke belakang, takut jika Servian sadar ia menghilang, dan pria itu mengejarnya.

Napasnya menderu, tersengal-sengal karena berlari. Hah, buruk sekali staminanya. Memang ini salahnya karena tidak pernah melakukan sesuatu untuk olahraga.

"Huft, aku lelah sekali." Renatta ingin menangis rasanya. Ia berhenti sejenak karena perutnya terasa sakit untuk berlari. "Huhuhu, bagaimana ini..." ia takut Servian mengamuk padanya karena ia telah menipunya selama ini. Bisa-bisa ia juga dibunuh seperti pria tadi.

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang