***
Jgn lupa vote dan komen ya!
Kalo ada yg typo dan kata2 yg kurang, tolong ditandai. Terima kasiiih😁****
"Saya membeli ini." Rayyan menaikkan kantong buahnya dengan riang. "Harganya sedikit mahal karena bahan makanan dan buah-buahan belum tiba. Tapi, bukankah ini aneh? Seharusnya semuanya tiba dua minggu yang lalu kan?" Rayyan menatap buah apel di dalam kantongnya. Sudah agak mengkisut karena memang bukan buah segar.
"Tidak ada banjir atau apapun saat kita menuju kemari. Jelas ini perbuatan pemimpin wilayah." kata Servian.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Rayyan.
"Kita harus mencari tahu mengapa mereka menulis surat palsu dan kemana perginya semua bahan makanan itu sebelum didistribusikan. Jelas itu bukan berasal dari Kerajaan Ernel." kata Servian menjelaskan.
Kerajaan Ernel memang cukup subur. Tapi wilayahnya banyak merupakan perbukitan dan jarang dihuni manusia. Sedangkan akhir-akhir ini ketegangan antara Ernel dan kerajaan tetangganya, Lurmin, cukup sering terjadi. Jika Lurmin menyerang, maka Ernel bisa diambang kekalahan. Servian curiga, jika akar masalahnya adalah Ernel, maka tujuan Ernel menguasai Portneer adalah untuk mendapatkan sumber daya manusia bagi kerajaan mereka.
"Kita tidak bisa langsung menodong masyarakat dengan pertanyaan-pertanyaan ini karena mereka pasti akan merasa curiga," ucap Servian. Rayyan mengangguk.
Mereka meneruskan perjalanan mereka ke pusat kota Portneer. Jalanan yang biasa dilewati oleh orang-orang memang ramai. Tidak banyak warga Portneer yang merantau hingga keluar kota. Karena jaraknya jauh, dan mereka juga tak yakin kehidupan akan lebih baik. Kebanyakan dari mereka lahir dan mati di Portneer. Akan tetapi, ada juga yang merantau ke luar Portneer. Seperti anak-anak pemilik rumah yang Servian sewa.
"Tu- eh... Servian, kita akan kemana selanjutnya?"
"Cuacanya cerah, bukankah kita harus menikmati ini?"
Rayyan melebarkan matanya saat tak sengaja melihat senyum Servian. Ia menunduk malu. Wajahnya juga memerah.
"Saya akan ikut saja kemanapun Anda pergi."
"Ya sebaiknya juga begitu."
Entah Rayyan sadar atau tidak, sedari tadi beberapa pemuda yang lewat terus menatap Rayyan. Tapi Servian menyadari itu. Ia mengepalkan tangannya saat dua orang pemuda terang-terangan meneliti Rayyan dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Aku lapar, sebaiknya kita ke kedai terlebih dahulu." Rayyan mengangguk patuh. Napasnya mendadak tercekat saat ia merasakan genggaman kuat pada tangannya. Saat ia melihatnya, ternyata Servianlah yang menggenggam tangannya. Tangannya terasa hangat, berbeda dengan tangan Rayyan yang dingin. Servian terlihat tidak peduli dengan keterkejutannya dan berjalan dengan pandangan lurus.
Tiba di sebuah kedai, mereka duduk di meja paling pojok. Agak jauh dari pengunjung yang lain. Servian memanggil pelayan untuk memesan menu.
"Ayam bakar dengan asparagus, dan air lemon. Kau mau pesan apa?" tanya Servian pada Rayyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Little Bird
Historical FictionUNTUK PEMBACA 18+ OKEYYY... > 🐦 Renatta, gadis kecil yang ceria dan pemberani meski hidupnya tak mudah untuk dijalani. Ia terpaksa menjadi laki-laki dan mengubah namanya menjadi Rayyan supaya bisa masuk ke kediaman Duke Askary untuk bekerja. Kata o...