37. TDLB 🐦

1.2K 100 9
                                    

****

Jgn lupa vote dan komen manizz.

Sekalian, kalo ada yg typo atau kata2 yg kurang, aku minta tolong buat ditandai ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekalian, kalo ada yg typo atau kata2 yg kurang, aku minta tolong buat ditandai ya. Trims.
***

Dua minggu berlalu sejak kepergian Servian ke ibu kota, dan seminggu berlalu sejak kematian Kaisar. Para bangsawan berbondong-bondong ke ibu kota kekaisaran untuk mengiringi kepergian pemimpin kekaisaran ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Acara berkabung lebih lama dari biasanya. Selain untuk menghormati Kaisar, juga untuk menghormati korban wabah demam yang lain. Waktu berkabung yang biasanya hanya berlangsung selama 4 minggu, kini diperpanjang hingga 6 minggu.

Di Askary, Renatta tentu saja tak tahu menahu mengenai apapun yang terjadi di luar paviliun. Ia bagai burung dalam sangkar.

Beruntungnya, Servian menepati janjinya untuk memberikan seorang koki dan dua pekerja untuk mencuci dan bersih-bersih. Ini juga berkat Serikat dagang milik Evan. Servian meminta untuk dicarikan seseorang yang dapat dipercaya. Kini, Renatta semakin merasa bosan saja. Ia tak lagi memasak ataupun membantu Leah membersihkan ruangan. Yang ia lakukan hanya makan, tidur, merajut dan menyulam. Ia juga hanya membaca buku dan menulis rangkuman dari beberapa buku yang menurutnya menarik. Selebihnya, semua dikerjakan oleh para pelayan dan koki.

Sesekali Renatta masih akan mengalami mual di pagi hari. Tapi tidak lagi separah dulu. Napsu makannya meningkat dan ia rasa berat badannya juga bertambah sekarang.

"Nona, ini tehnya." kata Leah.

"Terima kasih Leah."

Renatta tak mengalihkan tatapannya dari buku yang ia rangkum. Sudah sejak kemarin dia menulisnya. Ia juga menyalin gambar yang ada di buku itu. Buku tentang tanaman herbal. Ada beberapa resep yang bisa dicoba, seperti teh untuk meredakan nyeri kepala, teh untuk mengurangi insomnia, hingga teh untuk meningkatkan mood.

"Mengapa Nona menulisnya?"

"Agar aku bisa membacanya."

"Nona kan bisa membacanya kapan saja."

"Menulisnya akan membuatku membaca sambil mengingat."

Leah hanya membulatkan mulutnya saja, ia tidak terlalu paham. Meski ia bisa membaca, tapi ia tak sepandai para bangsawan yang belajar ilmu pengetahuan tentu saja.

Leah juga kagum dengan kepandaian Renatta. Dan ia merasa bangga melayani Renatta.

"Rasa rasa Anda juga harus memakan camilan." Leah berkata akan mengambilkan camilan untuk Renatta, lalu Renatta tersenyum dan mengangguk.

Ia merindukan Servian, mungkin ini karena bayinya. Pasti begitu. Biasanya ia tak serindu ini. Hanya rindu sedikit. Namun sekarang ia sangat merindukannya.

"Jangan terlalu merindukan ayahmu. Jika dia menolak keberadaanmu, kau tidak akan sakit hati." ucap Renatta sembari mengusap perutnya.

Renatta meletakkan penanya, lalu mengambil cangkir tehnya dan membawanya ke kursi yang ada di dekat jendela. Dari sini ia bisa melihat halaman depan paviliun. Sesekali memang ada pelayan yang lewat. Tapi mereka tidak pernah melihat ke arah sini. Bahkan mereka selalu berjalan dengan cepat seolah sedang melewati tempat yang berbahaya saja.

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang