BELUM SEMPAT LAHIR

1K 96 6
                                    

HAPPY READING

Dilorong lorong rumah sakit, tampak pria itu berlari menuju ruangan ugd.

Tepat didepan ruangan itu, pandangannya langsung mengarah ke keluarga nya yang sangat panik.

"Mama!! Adaraa gimana ma?? Adaraa baik baik aja kan?!!"

Rara yang dari tadi sesegukan menangis, ia berhambur memeluk gibran anak laki satu satunya itu.

"Disini ga ada yg bisa jelasin ke guaa apa yang terjadi sama adara hah?!!" Teriak gibran.

Vio dan dirgantara hanya bisa bungkam, bohong namanya jika mereka juga tidak khawatir dengan kondisi adara saat ini.

"Jawaabb!! Apa yg terjadi?!!"

Amarah gibran semakin memuncak, Vio memberanikan diri untuk berbicara.

"adaraa.. Adaraa jatuh dari tangga kak.. hiikkss.."

Ucapan vio membuat gibran sontak terkejut, tapi amarah masih menguasai dirinya.

Ceklek

Akhirnya pintu yang diharapkan terbuka itu pun terbuka juga. Dokter wanita baru saja keluar dari ruangan itu, gibran pun langsung menghampiri dokter.

"dok.. Gimana dg kondisi istri dan anak saya dok?? Baik baik aja kan??"

Dokter itu tampak menghela nafas sebelum memulai untuk mengeluarkan suara.

"kondisi istri bapak alhamdulillah baik baik saja,, tapii.."

"Tapii apa dokter?!!"

"Mohon maaf,, anak bapak tidak dapat kami selamatkan"

Degh! Bagaikan tersambar petir di siang hari. Gibran yang mendengar pun mendadak diam. Rasanya semua mendadak hening, tubuh pria itu goyah tak lama kemudian ambruk.

Rara yang melihat anaknya rapuh pun segera berlari membawa gibran kedalam dekapannya.

"kuaatt nak.. Kuaatt.." Ucap rara memeluk erat putra satu satunya.

Vio dan dirgantara yang melihat anaknya lemah tak berdaya itu pun turut merasakan kesedihannya.

"Aku.. Aku kehilangan anak ku ma.." Lirih gibran tak lama dari itu, tangis gibran pun pecah.

"Kuaatt nak,, ikhlsin sayang.. Mungkin belum waktunya nak.. Skrng kuatkan diri kamu ya,, Kita harus kuat didepan adara.. Kita harus bisa menguatkan adara.." Ujar rara.

"Akuu ga bisaa ma,, aku ga sanggup bilang sama adara.. Aku ga kuat liat dia rapuh nanti setelah tau kalau anak yg dikandunganya udah ga ada.. Aku ga bisa ma.. Hiikkss.." Ucap gibran dengan isak tangisnya.

Rara menangkup pipi putra sulung nya itu, ia menatap lekat lekat bola mata yang sudah basah akibat air mata.

"heeyy lihat mama nak.. Lihat mama.. Kamu haruss kuat,, kamu ga boleh rapuh gini gibran.. Kalau kamu lemah lalu siapa yng akan menguatkan adara?? Hapus air mata kamu nak.. Adara butuh kamu.." Titah rara.

ILY ADARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang