ANTARA SAKIT DAN IKHLAS

961 95 8
                                    

HAPPY READING



Dilorong lorong rumah sakit, Gibran yang sedang duduk di kursi panjang tersebut, ia menumpahkan tangisannya di tempat sepi itu. Ucapan dokter terus membayang dibenaknya dan kekhawatiran saat adara tau tentang kebenaran nya. Sungguh, gibran tak akan sanggup melihat luka itu bangkit kembali kepada istrinya.

"Maafkan aku adara,, aku ga bisa jujur sama kamu tentang kebenaran nya.. Aku yakin, jika kamu tau tentang pengangkatan rahim ini pasti kamu akan menolak untuk dioperasi."

"Tuhan, ujian apa lagi yang kau berikan kepada istri hamba? Apa Luka luka kemarin tak cukup untuk menguji istri hamba? Tapi mengapa kau uji lagi dengan ujian yang berat tuhan?" Batin gibran memekik sekarang, ia pasrah dengan permainan takdir.

Malam sudah tiba, saat ini gibran akan mengantarkn istrinya untuk menjalankan operasi, Dirgantara dan rara juga berada dirumah sakit itu karena gibran yang menelfonnya.

"Semangat yaa adara.. Semogaa setelah kamu dioperasi,, kamu cepat sembuh.." Ucap rara

"makasihh ya ma"

"Doaa papa dan mama menemani kamu yaa nak.. Kita tunggu disini,, semoga operasi nyaa berjalan dengan lancar.."

"Makasih pa.."

Para perawat akan membawa adara keruangan operasi. Jantung pria itu sangat berdebar debar terpaut kekhawatiran dan kesedihan diwajahnya. Adara yang menyadari itu dengan cepat meraih tangan suaminya.

"kak.. Jangan khawatir, aku pasti sembuh kok.. Senyum dong jangan ditekuk terus wajahnya." Ucap adara

"Iyaa sayang" perlahan gibran menerbitkan senyuman dibibirnya walau berat tapi gibran akan berusaha.

"Nahh gitu dong. Adara masuk dulu ya kak. Doain operasi adara berjalan dengan lancar." Ucap adara lalu mengecup punggung tangan suaminya.

"Iya sayang. Bismillah.." Gibran mengecup kening istrinya lumayan lama, besar harapan gibran untuk istrinya sembuh.

Para perawat membawa adara masuk kedalam ruangan operasi, pintu ruangan itu sudah ditutup. Gibran, yang dari tadi menguatkan diri didepan istrinya akhirnya tumbang seakan tak berdaya. Rara yang melihatpun terkejut segera ia menghampiri putra sulungnya itu.

"Ada apa nak? Kenapa kamu sedih? Setelah operasi adara pasti sembuh kok jangn khawatir.." Ucap rara yang membelai pucuk kepala gibran.

"Maa.. Aku tau setelah operasi itu adara akan sembuh, tapi ini beda ma. Tumor itu berada di rahim adara, dan operasi yang akan ia jalankan itu pengangkatan rahim ma."

Degh!

Rara dan dirgantara yang mendengar pun sontak terkejut.

"Apa?!! Pengangkatan rahim?" Ucap rara.

"Pengangkatan rahim? Terus Adara tau soal ini?" Tanya dirgantara dan gibran menggeleng menandakan bahwa adara tidak tau.

"Cobaan apa lagi ma? Apa ga cukup tuhan memberikan kami ujian? Jika tuhan membenciku karena kesalahan ku, dia bisa menghukumku kan? Tapi kenapa harus adara ma? Kenapaa harus adaraa? Hiikkss.."

Tangis pria itu sudah tak dapat tertahan kan lagi. Rara yang ikut merasakan sakitnya dengan cepat ia memeluk gibran kedalam dekapan hangatnya.

ILY ADARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang