"INI fix dapet gaji insentif sih, Min."
Raka mendeham selepas menutup pintu. "Admin mana yang tugasnya ngasih gaji?"
Adan berhenti dari aktivitas mengerjakan sketsanya hanya untuk berdiri dan membungkukkan badan sejenak. "Selamat datang, Bos! Yang katanya mau on time jam empat, tapi baru muncul di jam sembilan tepat."
"Loyal banget nungguin." Raka tertawa, namun pada manik matanya menyirat rasa tak enak. "Gimana progress projek kita yang akan datang?"
"So far aman, ya. Cek LINE, deh. Iam udah jauh-jauh hari ngingetin buat standby dari jam enam pagi biar enggak ngaret. Evan sendiri juga heboh mau bawa speaker. Bilangnya pengin ngasih hadiah tambahan buat anak-anak yang berani unjuk gigi tampil nyanyi sama joget. Tapi kayaknya akal-akalan Evan aja yang eksisnya nggak ketolong."
Mata Raka menyorot geli membayangkan tingkah absurd sohibnya. "Eh iya, Rae sama Anya katanya ikut?"
Adan mengangguk. "Azet juga malah. Belajar dari yang udah lewat aja, Rak. Nggak yakin gue kalo kita berempat doang ketemu bocah-bocah lima taon. Iam sama Evan ternyata jiwanya masih nyangkut di umur segitu juga."
"Dan udah, Dan." Raka memegang perutnya yang keram lantaran bertubi-tubi diberi stimulus untuk ketawa. "Serius Azet ikut? Kali ini gue yakin pasti akal-akalannya elo."
Adrian mengacungkan jempol, minus ekspresi di wajah. "Biar Iam ada pawangnya."
"Seru banget ada pawangnya semua."
"Feel free, kok, kalo mau join. Syarat dan ketentuan berlaku."
"Sialan." Setelah tawanya mereda, Raka hanya menyisa senyum di wajah. "Next gue udah ada rancang rencana kegiatan amalnya kita ke lapas. Gimana menurut lo, Dan?"
"Oke-oke aja. Gue juga udah ada bayangan kalo gitu, tapi belum dieksekusi. Desainnya simpel karena buat orang dewasa. Justru poin pentingnya dibahan, harus yang bikin nyaman dikenakan dan tahan lama."
Raka menyimak dengan saksama dan akan menjadikannya sebagai masukan. "Eh udah mau cabut? Gue anter, gue anter."
Adan membereskan peralatannya ke dalam slingbag cokelat. Belum ada lagi pembicaraan yang berarti hingga keduanya telah berada di mobil. Fortuner milik ibunya yang Raka pinjam melaju dengan kecepatan sedang ditemani lagu-lagu milik Paramore.
"Cerita aja, Rak. Gue tolerir, deh, kali ini kalo mau muter-muter dulu."
Bahu Raka tanpa sadar menurun, jadi jauh lebih rileks. "Enaknya mulai dari mana, ya?"
"Banyak keknya yang mau diceritain. Salah banget gue basa-basi duluan." Adan makin bersandar dan memejam mata. "Atau gue yang mulai, Rak?"
"Lanjut, Dan."
"Soal perempuan yang namanya Dahayu." Kelopak mata cowok itu lamat-lamat terbuka menatap lurus ke depan. "Gue udah liat orangnya. Dua hari yang lalu enggak sengaja papasan di hotel papa gue."
"Oh ya? Gimana, gimana?"
"Enggak gimana-gimana." Adan menoleh sekilas hanya untuk mengamati air muka temannya. "Nggak mau berasumsi juga. Gue mau denger cerita dari versi lo aja, Rak."
"Gue udah ketemu sama dia, Dan. Sori ya, bikin lo lumutan di toko hari ini." Raka tersenyum sambil tetap fokus menyetir. "Kalo entar nggak sengaja nemuin tweet Bumantarafess tentang Agraka keciduk lagi jalan bareng ani-ani, bilang ke Evan sama Iam buat pura-pura kaget aja."
"Udahalah, terobos aja. Selagi lo seneng."
"Kacau Dan, sebenernya. Gue demen interaksi sama siapapun. Tapi ternyata gue tiba di titik yang mana bisa ngerasain canggung juga. Dan setelah dipikir-pikir lagi, kayak ada yang sakit di sini karena cuma bisa manggil dia pake nama doang. Enggak ada opsi lain." Raka menepuk-nepuk pelan dadanya.
"Kalo dikasih pilihan, memangnya pengin manggil apa, Rak?"
Raka enggak langsung merespons. Dan sesuatu yang terceletuk berikutnya justru melenceng jauh. "Gultik enak kayaknya. Ada sate taichan juga di sana. Cobain, yuk?"
"Rak."
Raka sudah siap melepas seatbelt manakala Adan memanggilnya. "Kenapa, Man?"
"Denger-denger dari salah satu resepsionis di hotel, perempuan yang namanya Dahayu itu bakal berhenti datang. Dan kayaknya lo perlu tau informasi satu ini." Adrian menarik napas. "Dentra yang suka malakin elo itu selalu nungguin Dahayu keluar dari hotel. Sekalipun dianya keluar di jam tiga atau empat pagi."
•••
Regards,
Icha
Bengkulu, 24 April 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Raka dan Segala Perayaannya [end]
Teen FictionMenyandang nama belakang "Widyadana" tidak serta-merta membuat Agraka tumbuh menjadi anak yang angkuh. Justru kalau bisa semua orang di sekelilingnya Raka rengkuh. Sayangnya, punya jiwa royal tanpa pandang bulu tidak melulu bagus. Buktinya, tak sedi...