18. Raka, Dentra, dan Pertemanan yang Sukar Terdefinisi

123 21 6
                                    

SUKSES dengan peresmian projek Bumantara Mengudara untuk dua semester ke depan, Tiga Serangkai merayakan pencapaian tersebut lewat spesial episode yang akan tayang eksklusif hanya di salah satu aplikasi layanan musik digital.

Podcast dibuka dengan Garra si super ceria dan Raka yang bisa membawa obrolan terus mengalir tanpa keluar jalur. Pada edisi spesial kali ini, Diraya Tysadyaksa menjadi pusatnya. Namun menyenangkannya, topik makin hidup tatkala Raya ikut berpartisipasi membuat percakapan enggak melulu menggali tentang dirinya sendiri. Walhasil, baik Raka maupun Garra juga sama-sama mendapatkan porsi yang pas.

"Boleh dong, Kak, selaku pelopor klub DBI di sekolah kita makin silau lagi karena prestasinya seabrek, spill tips buat percaya diri tampil di depan umum!"

Raya kembali mendekatkan wajah di mikrofon. Pandangannya tertuju lama kepada seseorang yang jauh menatapnya lebih dahulu, lebih teduh. "Wah, menarik! Dulu aku tuh sempat kehilangan hal yang urgensi satu ini. Bahkan untuk presentasi di depan kelas aja bawaannya deg-degan dan mendadak kelimpungan mau ngutarain apa. Jadinya aku berusaha buat ngenalin kekurangan dan kelebihan aku di mana. Misal, oh aku kuat dihafalan dan pemahaman, nih, tapi untuk berani nyuarain sesuatu belum semahir itu. Mungkin kedengerannya bakal aneh, tapi lagi, ini ampuh bagi aku pribadi. Setiap lagi siap-siap mau berangkat sekolah, aku selalu sisihin waktu kurang lebih lima belas menit di depan cermin." Raya mengambil jeda hanya untuk tertawa kecil lantaran diajak mengulas ingatan yang berkesan. "Iya, bener. Di depan cermin, aku ngobrol seolah-olah ada audience yang dengerin aku. Bebas obrolin apa aja, random. Tentang gimana hari kemarin, hal ceroboh apa yang bisa ditertawain, dan bicara seolah aku jadi tokoh utama yang ahli di suatu bidang setiap harinya. Enggak usah jauh-jauh sebenernya, yang paling deket sama kita aja. Contohnya Garra suka tentang konspirasi-konspirasi alam semesta, nah tumpahin aja, barangkali sambil sisir rambut, sambil semprot parfum sana-sini, dan final chapter-nya pake kaos kaki terus iket tali sepatu, deh."

"Kelasss! Kedengerannya mungkin bagi sebagian kita aneh ya, Bang, tapi guys ini layak dicoba." Garra menjentikkan jari. "Habis rutin ngelakuin itu jaminannya dapet Kak Raya."

"Gimana, gimana?" Raka sengaja batuk kecil.

"Ralaaat. Maksudnya dapet percaya diri sekelas Kak Raya, dong!" Garra terkekeh. "Omong-omong buat Bang Raka sendiri, gimana perasaannya dapet projek bareng anak emas Bumantara? Ada kendala yang berarti nggak?"

"Sebagai anggota Tim Hore seneng, ya. Dan sejauh ini enggak ada kendala sama sekali. Justru adanya Raya di Bumantara Mengudara ngasih angin seger. For your information, buat temen-temen pendengar setia, ide-ide buat topik podcast belakangan ini atas andil besar Raya. Terus kalo temen-temen resapin lagi, podcast jadi jauh lebih berisi tanpa mengurangi esensi 'refreshing'-nya. Raya totalitas juga, bisa matahin penilaian kalo anak debat tuh kaku, formal melulu, dan susah diajak bercanda. See? Gue sama Garra semalem suntuk banjir notifikasi kalo hadirnya Raya di tengah-tengah kita makin bikin Bumantara Mengudara kece badai kalo minjem kata salah satu seseorang yang minta dirahasiain namanya."

Garra tertawa. "Iya lagi. Kalo kalian denger sayup-sayup suara dentingan, itu dering ponsel gue sama Bang Raka. Oh ya temen-temen, terima kasih atas cinta dan dukungannya sampai hari ini untuk Bumantara Mengudara. Mari melewati hari-hari menyenangkan sebagai anak SMA dan membagikan kisah senang-patahnya bersama-sama."

"Bumantara Mengudaraaaa." Garra dengan sisi ekspresifnya siap mendengar password yang akan dilanjut oleh Raka dan Raya.

"Tempat cerita jadi tumpah-ruah!"

Raya masih bertepuk tangan kecil, sementara Raka dan Garra baru saja melepaskan headphone.

"High five dulu buat kerjasamanya hari ini." Raka  melakukannya pertama-tama kepada Garra sebelum  menghampiri Raya lebih dekat untuk melakukan hal serupa. Alih-alih menurunkan tangan dalam hitungan sekon pertama, Raya justru menpersilakan kedua tangan Raka mengisi sela-sela jemarinya dan menggoyang-goyangkannya pelan saling mengumpan tawa.

Raka dan Segala Perayaannya [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang