Part 7

390 8 0
                                    

Gala berjalan memasuki lobby perusahaannya, hari ini ia datang agak telat karna ada sesuatu hal di rumah, satu hal yang membuat Gala yang biasanya ontime menjadi telat seperti ini, walau pun ya tidak akan ada yang memarahinya karna ia adalah pemilik perusahaan ini, tapi tetap saja citra Gala membuatnya sudah terbiasa datang tepat waktu.

Pernikahan itu memang cukup membuatnya berubah, bukan cuma kebiasaan, tapi sikap Gala juga berubah, mungkin efek dari pernikahan yang tidak di inginkan itu membuat Gala menjadi orang yang pemarah, pemarah terhadap istri kecilnya, walau begitu Gala juga tidak menyalahkan istrinya itu atas semua yang terjadi pada mereka, Gala hanya belum bisa menerima saja semua itu.

Delapan tahun bukan waktu yang singkat baginya dan Melisa, selama delapan tahun itu, banyak hal yang di lakukan keduanya, banyak kenangan yang sudah tercipta, bahkan kedua keluarga sudah saling mengenal satu sama lain, namun momen yang sudah terjalin delapan tahun itu harus sirna dalam semalam, siapa sangka kalau takdirnya akan sepedih itu.

Selama ini perusahaan miliknya baik-baik saja, tidak ada saingan bisnis, ia juga tidak mempunyai musuh sama sekali, jadi agak mengherankan kalau situasinya saat ini ulah dari coleganya waktu itu, Gala tidak yakin karna memang sudah cukup mengenalnya, namun tentu saja Gala tidak akan diam saja, ia juga akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan mencari penyebab itu, mungkin bisa membalikan situasinya, Gala yang masih belum rela kehilangan Melisa, akan mencoba sekuat tenaga untuk mengungkap jebakan itu, Gala hanya ingin Melisa tau kalau itu ulah seseorang, dengan begitu keluarga Melisa akan memaafkannya dan mungkin saja akan merestuinya lagi dengan Melisa.

Mungkin ini terdengar egois, tapi Gala hanya mencintai dan ingin hidup selamanya dengan Melisa, walau saat ini ia dan istri kecilnya itu sudah terhubung oleh sebuah ikatan, di tambah hubungan intim yang sangat mendalam, Gala masih berpikir kalau itu hanya hasratnya semata, di hatinya hanya ada Melisa seorang, tidak ada yang lain.

"Pak Adrian!" panggil seseorang.

Gala menoleh ke sumber suara dan langsung melihat sekertarisnya yang bernama Vivian di lobby perusahaan, seketarisnya itu langsung beranjak menghampiri Gala yang baru saja tiba, tentu saja Vivian membawa beberapa map yang berisikan data-data perusahaan untuk rapat siang hari ini.

Ya. Di perusahaan ini Gala di panggil dengan nama Adrian, itu sesuai dengan nama daddy nya, dan lagi Gala merasa kalau Adrian lebih berwibawa kalau di dalam perusahaan seperti ini, dan semua karyawan juga setuju, mungkin mereka sudah terbiasa dengan daddy nya Gala, pemilik perusahaan yang sebelumnya.

Gala berjalan memasuki lift dan di susul oleh Vivian, mereka menuju ke lantai paling atas tempat dimana ruangan Gala berada, Vivian menatap sekilas beberapa map yang ada di tangannya lalu beralih menatap ke arah Gala.

"Pak Adrian, tumben telat?" tanya Vivian sedikit penasaran.

"Kesiangan," balas Gala singkat.

Kedua alis Vivian saling bertautan. "Kesiangan karna apa ya pak? Biasanya pam Adrian belum pernah kesiangan sama sekali."

Gala langsung melirik tajam ke arah Vivian. "Tugas kamu itu membantu pekerjaan saya di kantor, bukan justru ngurusin kehidupan sehari-hari saya."

"Di tanya begitu doang ngambek, baperan banget bapak!"

"Apa kamu bilang?"

"Engga pak engga. Saya cuma bilang kalau siang ini kita ada jadwal rapat sama seluruh staf perusahaan."

"Batalkan. Undur pertemuan itu sampai minggu depan."

"T-tapi pak! Semua staf sudah berkumpul, hanya tinggal menunggu pak Adrian saja."

MY 'BOCIL' WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang