Part 20

380 9 2
                                    

"Vin! Menurut lo, gue ini salah apa benar?"

Pertanyaan seperti itu keluar dari mulut seorang Gala, saat ini ia sedang bersama Ravin, kakak ipar yang sekaligus adalah sahabatnya, Ravin yang memang sedang senggang berkunjung ke kantor Gala dan kebetulan juga Gala sedang ada dikantor, ia tidak keluar, kerjaannya hari ini memang tidak banyak, lebih banyak berleha-leha seperti sekarang ini.

Dan setelah Gala memberi pertanyaan tersebut, kedua alis Ravin langsung bertautan, menoleh dengan perasaan yang sulit di artikan, didalam benak Ravin berkata 'nih orang bego apa gimana?' 'nak punya kaca nih orang, makanya gak bisa ngaca' dan berbagai lagi, Ravin merasa kalau gala adalah orang yang benar-benar bodoh yang pernah ia kenal.

Pertanyaan Gala itu memang bersifat luas kalau di ambil dari sudut mana pun, tapi Ravin paham maksud dan arah pertanyaan itu kemana, tentu saja semuanya mengarah langsung ke soal pernikahan Gala dan Mika, walau tidak tau hal apa yang dimaksudkan, tapi setidaknya Ravin paham kalau itu menyangkut sikap Gala selama ini.

Ravin bukan seorang ahli yang sudah paham tentang pernikahan, ia juga masih awam dalam hal seperti itu, ia hanya berkaca dari apa yang terjadi dalam hidupnya, baik Ravin dan Giska di awal-awal rumah tangga mereka tidak saling menyukai satu sama lain, namun lambat laun perasaab itu mulai tumbuh, walau semuanya tidak berjalan mulus, tapi pada akhirnya mereka bisa berbahagia.

Pernikahan Gala dan Mika juga sama, keduanya menikah tanpa ada dasar suka sama suka, hanya saja kasus yang menimpa Gala ini situasinya jauh lebih sulit, Mika yang seorang pelajar dan Gala yang sudah bertunangan dengan Melisa, situasi mereka lebih serius, apa lagi kemungkinan ada orang lain yang mendalangi, Ravin tidak tau siapa itu, yang jelas orang itu membenci Gala.

"Vin! Lo dengerin gue gak sih?" Gala meninggikan nada bicaranya.

"Hmm. Gue gak budeg," balas Ravin.

"Terus! Kenapa lo gak jawab pertanyaan gue?" tanya Gala.

"Memangnya apa yang perlu dijawab lagi? Semuanya udah jelas. Lo itu salah dan juga bodoh."

"Ugh! Sialan. Nusuk banget jawaban lo."

"Logikanya gini. Lo hamilin dia, cuma posisi lo itu, lo bilang gak cinta sama dia, nah dalam posisi lo itu, lo justru manfaatin dia, lo ngelampiasin napsu lo sama dia bahkan berulang-ulang kali. Semua orang juga pasti bilang kalau lo itu bodoh, secara kalau gak suka ya gak suka aja jangan berlebihan, kalau lo gak suka ya diamin aja, napa juga lo ngegarap istri lo itu! Ya kan! Logikanya dimana kalau lo gak suka sama dia!"

"Ya, kan gue juga cowok bro."

"Emang siapa juga yang bilang kalau lo itu cewek."

"Sialan. Gue serius gila."

"Siapa juga yang bercanda?!"

"Ah udah lah. Yang jelas, apa yang gue lakuin itu benar apa salah? Lo jawab itu aja dulu."

"Salah. Lo seratus persen salah."

"Salahnya dimana?"

"Sejak awal lo salah. Pertama, lo salah karna udah nyalahin istri lo itu, karna pertunangan lo sama Melisa rusak, jelas-jelas itu kesalahan lo berdua yang udah ngelakuin hal tabu yang berakhir dengan hamilnya Mika. Kedua, lo salah udah membenci istri lo karna situasi lo saat ini, jelas-jelas istri lo juga gak mau kayak gitu, apa lagi istri lo itu masih pelajar, masa depannya masih panjang. Ketiga---"

"What? Masih ada lagi?"

"Lo diam dulu deh, gue masih belum kelar ngomong."

"Iya-iya. Apaan dah!"

"Ketiga, kesalahan lo yang paling bodoh adalah ini, lo gak suka sama istri lo tapi lo manfaatin tubuhnya buat ngelampiasin napsu lo semata, lo gak pernah pakai perasaan kala bercinta dengan istri lo itu, dan lo ingin puasnya doang, itu sama aja lo kayak lelaki hidung belang diluaran sana yang makai jasa pelacur sekali pakai, hal itu yang justru ngebuat hati istri lo sakit, gue yakin didalam lubuk hati istri lo itu ada rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan, sakit yang tentu saja akan mempengaruhi mentalnya kalau itu diteruskan, intinya lo mencoba untuk ngebunuh istri lo secara perlahan-lahan."

MY 'BOCIL' WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang