Part 24

331 11 2
                                    

Hari kembali berlanjut seperti biasa, Mika pun sekolah seperti biasanya, walau pun dalam keadaan hamil muda tapi Mika tidak mengalami kesulitan, hanya saja sesekali ia sering mual, untungnya ia selalu membawa minyak angin untuk ia hirup dikala sedikit mual, Mika sudah mulai terbiasa dan sudah bisa menangani hal tersebut, ia sudah cukup paham.

Mika menjalani hari-hari sekolah yang sangat menyenangkan, kepribadiannya juga mulai kembali seperti dulu apa lagi akhir-akhir ini sikap sang suami kepadanya sudah mulai berubah, Gala menjadi lembut dan baik, tidak pernah membentak lagi walau pun Mika berbuat salah, Gala seperti sudah luluh dan menerima keberadaan dirinya.

Jam sekolah sudah berakhir, bel tanda pulang juga sudah berbunyi nyaring beberapa kali, baik Mika atau pun siswa-siswi lain langsung merapikan buku-buku mereka, memasukannya kedalam tas dan bersiap untuk pulang, seperti biasa hari ini Mika di jemput oleh Gala, dua hari terakhir, Mika di jemput dan selalu pulang bersama dengan sang suami.

"Mika! Lo mau kerja lagi?" Ini pertanyaan dari Tere.

Mika yang sedang beres-beres langsung menggeleng pelan. "Gue udah resign."

"Resign? Sejak kapan?"

"Gue resign sejak kemarin."

"Kenapa? Bukannya lo yang mau kerja part time? Kenapa juga lo berhenti?"

"Hihi... Ternyata kerja itu susah banget, cape fisik dan mental, apa lagi gue harus sambil sekolah."

"Tau rasa kan lo sekarang? Gue bilang juga apa? Mending nyantui, nikmatin duit bokap, mumpung masih muda, nikmatin hidup ini sepuas mungkin, haha..."

Mika hanya ikut tersenyum sedikit sambil geleng-geleng kepala, perkataan Tere yang seperti itu juga mendapat respon dari yang lain, ada juga yang ikut geleng-geleng kepala, tentu Zahra juga ikutan merespon, Zahra langsung berdiri mengayunkan satu tangannya ke arah kepala Tere yang masih asik terbahak-bahak.

"Emang dasar si Tere kampret." Zahra langsung menoyor kepalanya Tere.

Tere yang diperlakukan seperti itu langsung mendelik kesal. "Apaan sih? Emangnya omongan gue ada yang salah ya? Kan emang harus gitu, orang tua kita kerja ya buat kita habisin hasilnya."

"Terserah lo aja. Semau lo aja deh Re." Zahra memutar kedua bola matanya malas.

"Haha... Tapi itu ada bagusnya juga buat kita, dengan Mika yang keluar kerja itu berarti dia punya banyak waktu senggang, hangout kuy!" Tere menatap ke arah Zahra dan Mika bergantian.

"Gue ikut deh. Ke puncak kan!" Tiba-tiba saja Euni ikut menimpali.

"Ye si bego." Tere menoyor kepala Euni. "Gak ada waktu lah kalau ke puncak, yang deket-deket aja, ngemall gitu, kita kan udah lama gak mgemall."

"Ngemall nya dipuncak ya!" celetuk Euni.

Baik Tere, Zahra maupun Mika langsung memutar kedua bola matanya malas, mereka jadi malas bicara karna Euni yang selalu tidak nyambung dan lemot, ketiga siswa itu langsung diam seribu bahasa dan tentu saja itu membuat Euni yang tidak merasa apa-apa langsung bingung sendiri, ia menatap heran kearah tiga sahabatnya itu yang masih saja diam.

"Kenapa sih? Jadi gak nih ngemall dipuncaknya?" tanya Euni menatap ke arah tiga orang tersebut.

"Gak. Kita mau pulang," balas Tere ngegas.

"Pulang? Terus ngemallnya gimana?" Euni kembali heran sendiri.

"Gue pulang duluan deh." Mika langsung beranjak dan segera pergi.

"Eh Mika! Tungguin gue!" Tere dan Zahra langsung menyusul Mika.

"Woy! Kok gue ditinggalin sih? Tungguin gue dong!" Euni ikut beranjak dengan tergesa-gesa.

MY 'BOCIL' WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang