"Silahkan masuk," ajak Lisa. Dia membuka lebar-lebar pintu rumahnya untuk seorang gadis yang lumayan sering mengantarkan makanan untuk dirinya.
Lisa mengambilkan minuman untuk gadis itu sambil tersenyum manis. "Maaf jika hanya ini yang bisa kusediakan," ucapnya menyerahkan air putih itu ke hadapannya.
"Tak apa Lisa, aku kesini tidak ingin dilayani seperti ratu" Gadis itu menerimanya dengan baik. Dia meminum air putih itu sedikit lalu meletakkannya di atas meja. Tangannya mengambil kotak makanan untuk diserahkan kepada Lisa.
"Rose, tidak seharusnya kamu melakukan ini kepadaku. Aku merasa tak enak hati," tukas Lisa menolak pemberian Rose.
"Kebetulan aku memasak banyak hari ini, jadi aku tidak bisa menghabiskannya sendiri. Kamu tau kan? Kakakku tidak pernah mau makan di rumah. Jadi aku mohon terimalah, aku akan sedih kalo kamu menolaknya lagi" Rose menyodorkan kembali kotak itu dan akhirnya diterima baik oleh Lisa.
"Memangnya Jiso bertugas ke luar kota lagi?"
Rose mengangguk. Dia kemudian mengambil plastik putih dari tasnya. "Ini obat ayahmu, kata kakak obat ini penting untuk kesehatannya"
Lisa mengambil plastik itu. "Aku gatau lagi harus bagaimana, aku merasa ini sudah berlebihan," ucap Lisa sungkan. Tangannya menggaruk-garuk tengkuknya.
Rose berpindah tempat agar lebih dekat dengan Lisa. Jemari halusnya menyentuh wajah Lisa dan mengelus pipinya dengan lembut. "Aku sangat senang bisa membantumu. Sekalipun kakakku yang bersahabat denganmu, aku juga menganggap sama. Selama dia berada di luar kota aku yang akan tetap menolongmu, memberimu bekal setiap hari, dan membantu kesehatan ayahmu"
Lisa tertegun untuk sesaat. Wajah Rose sangat cantik bagaikan malaikat. Dia sempat terbuai dengan senyuman gadis itu, tapi mengingat dirinya sudah punya kekasih. Segera pemikiran itu ditepisnya. "Aku tidak tau kenapa kamu mengatakan itu? Tapi aku rasa, mungkin karena kamu memang malaikat yang turun dari langit untuk Tuhan kirimkan buatku"
"Kamu berlebihan Lisa, aku bukan malaikat"
"Tapi kamu baik seperti malaikat"
Rose tersenyum tipis menanggapinya. "Lisa," panggilnya.
"Hmm?"
"Kamu harus pintar menjaga diri. Kadang manusia yang terlihat baik di mata kita, malah dialah manusia yang paling jahat. Hanya saja kamu tidak melihatnya saja," ujarnya. Matanya menatap Lisa dengan tatapan penuh kasihan dan juga sendu.
"Apa kamu mengatakan itu karena kamu begitu?" Lisa bertanya pelan.
Rose tertawa membuat Lisa juga ikutan tertawa. "Sepertinya begitu" Rose mengedipkan matanya sebelah. "Aku akan pergi, soalnya aku masih ada jadwal kuliah. Kalo kamu butuh apa-apa, jangan sungkan untuk memberitahukannya. Aku akan senang hati bisa membantumu Lisa"
Lisa mengangguk-anggukkan kepalanya seperti anak kecil. Rose tersenyum lagi karena anggukan Lisa. "Hati-hati," ujar Lisa saat kendaraan milik gadis itu pergi meninggalkan rumahnya.
Lisa masuk ke dalam rumahnya dan memberikan ayahnya makan. Setelah itu dia pun bergegas pergi untuk bekerja. Hari ini Lisa sedikit telat karena insiden ban bocor.
"Lisa, besok kau diliburkan," ujar kepala botak yang tak lain adalah Parjo.
"Kenapa?" tanya Lisa.
"Bangunan ini tinggal sedikit lagi. Besok hanya pengecatannya saja, jadi sebagian dari kita tidak berangkat termasuk kamu dan kita belum punya proyek lagi untuk membangun rumah di tempat lain"
"Tapi aku butuh uang, kalo begini gimana nasibku?" tanya Lisa merasa tidak terima dengan keputusan itu.
"Aku tidak tau Lisa, tanyakan saja pada bos"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...