Suga menutup laptopnya. "Rapat selesai" Setelah mengatakan itu semua karyawan perlahan-lahan pergi meninggalkan ruangan. Suga tidak bisa fokus dengan pekerjaannya karena penolakan Lisa yang tiba-tiba. Dia menghela nafasnya karena merasa tidak terima dengan keputusan Lisa.
Dia mengambil teleponnya dan menghubungi seseorang. "Aku ingin kau menyelidiki seseorang. Pastikan semua informasi dari hal yang terkecil sampai kepadaku," ucapnya lalu mematikan telepon itu.
Suga memutar rubiknya. Tatapannya begitu dingin hingga semua yang melihatnya enggan untuk mendekat. "Masuk!" Suga memerintah karena mendengar suara ketukan.
Terlihat Jimin yang datang sambil membawa sejumlah berkas. "Ada yang harus kakak tanda tangani" Jimin mengeluarkan suratnya namun terhenti saat melihat ekspresi Suga yang tidak seperti biasanya. "Ada apa kak?"
Suga melihat Jimin. "Lisa membatalkan rencananya untuk kerja denganku. Apa dia sudah dapat pekerjaan lain?"
"Apa, dibatalkan?" Jimin ikutan kaget.
Suga mengangguk. "Apa pekerjaan yang ditawarkan terlalu berat bagi dia?" tanya Suga yang hampir mirip dengan gumaman.
"Menurutku, pekerjaan yang kakak pilih sudah sangat cocok untuk Lisa. Bahkan kemarin aku masih mendengar suaranya di telepon. Dia sangat semangat karena pekerjaan itu adalah kesukaannya"
"Lalu kenapa dia membatalkannya. Bukankah itu aneh?"
"Akan aku tanyakan nanti setelah pulang kerja. Sekarang kakak tandatangani dulu surat-surat ini," ucapnya menyerahkan surat itu ke hadapan Suga.
"Kalo begitu tanyakan saja saat ini, biarkan pekerjaanmu diambil alih oleh sekretarisku," ucap Suga tak sabaran.
Kening Jimin mengerut namun tetap mengiyakan karena jarang-jarang Suga membiarkannya santai seperti ini. Jimin segera bergegas untuk ke parkiran. Dia akan menemui Jennie hari ini. Walaupun gadis itu sudah tidak pernah menganggapnya hidup, Jimin selalu setia dengan cintanya.
Jimin mengendarai mobilnya. Dia sangat menikmati jalanan menuju rumah Jennie. Jimin mendapatkan informasi dari orang suruhannya, bahwa Jennie membeli sebuah rumah di kawasan yang lumayan elit. Walaupun Jennie tidak pernah lembut padanya dia tetap bersyukur karena Jennie hidup dengan layak. Sedikitpun tidak ada dendam dan perceraian mereka tidak pernah membuat Jimin berhenti mencintai Jennie.
Jimin menghentikan mobilnya di sebrang jalan. Dia melihat jamnya. Menurut informasi Jennie akan pulang setiap pukul 14.00 dan akan pergi dua jam setelahnya. Jadi dia masih punya banyak waktu untuk menemui Lisa nantinya. Jimin menaikkan kacanya saat melihat Jennie sudah datang. Gadis itu tampak sehat dan semakin cantik.
Jimin memuaskan matanya untuk melihat Jennie walaupun dengan waktu yang singkat karena gadis itu sudah masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu Jimin hanya memandangi bangunan mewah itu. Beruntung sekali Jimin bisa punya akses khusus karena menyandang nama belakang keluarganya. Jimin kembali menunggu Jennie agar keluar dari rumahnya. Dia tau hanya ini kesempatan yang dia punya untuk bisa melihat Jennie. Karena setiap kali Jimin meminta bertemu, Jennie pasti akan langsung memblokirnya.
Jimin menghidupkan musiknya dan menggoyangkan tubuhnya agar tidak bosan. Tetapi panggilan dari Suga mengganggu kesenangannya. Jimin menunggu Suga untuk mengirimkan pesan karena dia terlalu malas untuk mengangkat panggilan itu. Omelan pria itu lebih pedas dari cabe.
Ting
Suga : Aku tidak tau apa yang kau lakukan di kawasan Y. Segera lakukan tugasmu, atau kembali ke kantor!
Jimin membuka kaca mobilnya dan mencari tau siapa yang memata-matainya. Dia mendengus kesal dan memutar balik mobilnya. Pupus sudah harapannya untuk menunggu Jennie keluar dari rumahnya. Walaupun sudah melihatnya, namun Jimin merasa belum puas dengan itu. Dia mempercepat mobilnya agar segera menyelesaikan tugas dari kakaknya yang otoriter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...