"Lisa, apa kamu dan Jennie sudah berpisah? Aku mendengarnya dari kakakku, kamu tak apa?" Pagi-pagi sekali Rose datang ke rumah Lisa demi menanyakan ini kepadanya.
Lisa menyingkirkan selimutnya dan mengambil minum di atas nakas. Dia masih sangat mengantuk tapi karena kehadiran Rose yang punya akses ke rumahnya. Dia jadi terbangun karena mendengar pintu kamarnya dibuka oleh seseorang.
"Itu benar. Sepertinya dia lebih bahagia bersama Jiso. Jiso mampu memberinya kehidupan yang layak dibandingkan denganku," ucap Lisa meneguk kembali minumnya hingga tandas.
"Seandainya itu aku, aku akan tetap memilih kamu sebagai kekasih. Aku juga ga akan pernah berfikiran untuk selingkuh" Rose sengaja mengatakan itu agar Lisa tau bahwa ada yang lebih baik daripada Jennie, yaitu dirinya.
"Kamu bisa berkata begitu karena kamu sudah lahir dari keluarga kaya sedari dulu. Tidak seperti aku dan juga Jennie. Selama aku bersamanya, kita hanya hidup sederhana dan pas-pasan"
"Tapi Lisa, itu tidaklah benar. Bagaimana kamu bisa membiarkan dirimu diperlakukan oleh Jennie dengan seenaknya?"
"Aku tidak ingin membahasnya. Jika kamu datang kesini untuk mengasihani aku seperti kakakmu, sebaiknya kamu pergi" Lisa membuka pintu kamarnya untuk mempersilahkan Rose untuk keluar.
Rose tersinggung dengan ucapan Lisa yang mengusirnya. "Aku datang kesini bukan untuk mengasihani kamu Lisa, tapi jika kamu merasa terganggu dengan kehadiranku, maka aku akan pergi" Rose berjalan keluar dengan rasa kecewa di hatinya.
Lisa menutup keras pintu kamarnya. "Harusnya aku tidak marah pada Rose, kenapa aku harus melampiaskan amarahku kepadanya?" Lisa mengusap gusar wajahnya.
Dia memeriksa ponselnya dan satu pesan masuk dari Jennie. Gadis itu akan mampir setelah pulang dari kuliah. Dia berharap Jennie tetap teguh dengan kata-katanya dan tidak terpesona dengan Jiso. Dia tau Jiso adalah idaman semua orang saat mereka masih bersekolah dulu di masa smp. Bahkan sampai detik ini, Jiso sangat populer di dunia pekerjaan.
Dia dan Jiso ibaratkan bumi dan juga langit. Jiso sangat cantik, berwibawa, punya banyak harta. Sementara Lisa hanya seorang manusia yang kebetulan hidup di dunia. Dia bahkan bisa menghitung berapa kali dia membeli baju dalam setahun. Gayanya juga biasa-biasa saja dan tidak ada yang menarik dalam dirinya. Dia membayangkan Jennie dan Jiso sebagai pasangan yang cocok.
Lisa menggelengkan kepalanya. "Ga, aku ga boleh berfikiran seperti itu. Jennie pasti akan kembali ke pelukanku," ucapnya.
Sementara itu Jennie dan Jiso sedang menghabiskan waktu berdua di kantornya. Jennie sedang duduk di meja kebesaran Jiso, sementara Jiso sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jennie menyentuh rahang Jiso lalu mengarahkannya ke hadapnya.
"Apa?" tanya Jiso saat Jennie hanya memandanginya dengan senyuman.
"Aku ngerasa beruntung banget udah jadi milik kamu sepenuhnya," ucap Jennie merangkul leher Jiso.
"Jen, aku sedang bekerja. Nanti saja mesra-mesranya," ucap Jiso melepaskan rangkulan Jennie.
"Sayang, kamu harus bisa membagi waktumu dengan diriku. Aku sudah dua jam disini, tapi kamu tetap mengabaikanku," rajuknya.
Dalam hati Jiso ingin sekali dia menampar Jennie, namun dia tahan karena harus mengumpulkan banyak bukti agar Lisa bisa percaya kepadanya. "Aku minta maaf Jen, tapi ini proyek penting. Aku sudah bilang akan meyusulmu nanti. Apa kamu butuh uang?" tanya Jiso karena tau tabiat Jennie yang sebenarnya.
Jennie mencoba tidak tergiur dengan tawaran Jiso. Sebisa mungkin dia harus menunjukkan jika dia tidak menginginkan uangnya Jiso. "Kamu pikir aku wanita apaan? Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan pacarku. Apa itu salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...