Burden

315 32 0
                                    

"Pergi, jangan menggangguku!" Jo kesal karena Lisa terus membuntutinya sedari tadi. Gadis itu tidak menyerah dengan pendiriannya saat Jo terang-terangan memaki-makinya.

Jo menyingkirkan tangan Lisa yang memohon-mohon di hadapannya. "Jo, aku akan melakukan apapun yang kau mau. Asalkan aku bisa mendapatkan uang malam ini" Lisa memelas. Dia terlihat putus asa karena tidak mendapatkan cukup uang dari pekerjaan barunya sebagai penyapu jalanan.

"Lalu kau akan memukuliku seperti tempo hari? Tidak Lisa, kau tidak bisa berbuat semaunya disini. Pergilah atau aku akan memanggil satpam untuk mengusirmu" Jo terlihat kesal karena Lisa terus bertingkah seperti manusia yang tidak tau diri.

Jo terkejut saat Lisa tiba-tiba berlutut di hadapannya. "Jo, ayahku saat ini sedang sekarat dan aku tidak tau lagi harus kemana untuk mencari uang. Hanya kaulah pertolongan terakhirku Jo" Lisa hampir meneteskan air matanya. Dia memegang kakinya Jo sambil menunduk.

"Itu bukan urusanku," ucap Jo dingin. Sejujurnya dia sakit hati karena perilaku Lisa yang memukulinya tanpa rasa kasihan.

"Aku akan mencium kakimu jika kau menginginkan itu sebagai tanda permintaan maafku" Lisa terlihat menunduk dan mulai mendekatkan wajahnya ke kaki Jo.

Jo menghela nafasnya. Menghadapi Lisa yang keras kepala memang sulit, dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan. "Baiklah, tapi jika kau mengulanginya lagi...Aku tidak akan segan untuk menghancurkanmu" Jo mengibaskan kakinya agar menjauh dari Lisa.

Lisa akhirnya tersenyum lega dan berdiri. Dia mengusap air matanya yang hampir jatuh. "Terima kasih Jo, kau memang sahabatku"

"Jangan berterima kasih dulu karena kali ini pelangganmu laki-laki. Dia sudah lama tertarik denganmu sebetulnya dan aku belum bisa mengabulkan keinginannya karena kau menghilang selama ini" Jo memberi kode agar Lisa mengikutinya.

Lisa berjalan di belakang dan batinnya seketika bergejolak. Sebagian dari dirinya menolak untuk melakukan ini namun sebagian lagi mendukungnya karena sangat membutuhkan uang.

"Dia ada disana. Laki-laki yang punya perut buncit itu," tunjuk Jo ke salah satu pelanggannya. Dia melihat Lisa yang seperti ragu dan tak yakin. "Jika kau tidak sanggup melakukannya, lebih baik tidak usah Lisa"

"Aku harus Jo. Kau tenang saja aku tidak akan memukulimu karena ini adalah keputusanku dan aku akan menerima semua resikonya," ujar Lisa tercekat. Sebetulnya dia ragu dengan perkataannya namun demi uang semuanya bisa ditutupinya.

"Baiklah, lalukan dengan baik dan semoga berhasil Lisa" Jo memukul punggungnya.

Lisa segera berjalan untuk mendekati pria itu. Semakin dekat semakin deras degupan jantungnya. Pria itu terlihat asik mengobrol dengan teman-temannya namun semuanya menjauh ketika Lisa berdiri tepat di hadapan pria itu

"Aku dengar kau mencari diriku," ujarnya. Pria itu tersenyum manis dan mengarahkan jari telunjuknya agar Lisa mendekat. "Kemarilah sayang"

Lisa duduk di samping pria itu dengan jarak yang agak jauh. " Sepertinya kau masih malu-malu kepadaku" Pria itu menggeser posisi duduknya agar dekat dengan Lisa. Tangannya merangkul pinggang gadis itu. "Sudah sangat lama aku menantikan momen ini"

Lisa mulai risih dengan pria itu apalagi aroma alkohol yang menguar dari mulutnya membuat Lisa hampir muntah. "Bagaimana jika kita mulai dengan ciuman, hah?" tanyanya mendekatkan wajahnya ke arah Lisa. Senyuman mesum sudah terbit sejak Lisa menginjakkan kakinya di hadapannya.

Lisa ingin mual namun tak kuasa untuk menolak. "Muaaach, pipimu sangat tirus untuk dicium. Jika kau mau menikah denganku, aku jamin hidupmu akan penuh dengan kemewahan dan pasti pipimu ini akan berisi," ujar pria itu mencubit pipi tirus Lisa.

Jenlisa (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang