40

309 13 0
                                    

Jennie mengetuk pintu rumah Lisa. Hari ini dia sengaja menemui Lisa. Amplop di tangannya menjadi alasannya untuk datang menemui gadis itu. Jennie kembali mengetuk pintu itu, karena berfikir Lisa tidak mendengarnya.

Ceklek

Pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya. Kening Jennie mengernyit karena melihat orang yang membukanya. Itu bukan Lisa. Apa dia salah rumah? Kenapa bukan Lisa yang membukanya ? Apakah gadis itu sudah pindah? Dia melihat lagi nomor rumah itu untuk memastikan bahwa ini adalah rumah Lisa.

"Iyaaa. Cari siapa ya?" tanya Yoona memandang Jennie. Dia merasa tidak asing dengan gadis di hadapannya.

"Saya cari Lisa. Apa pemilik rumah sebelumnya sudah pindah?" tanyanya sedikit cemas. Jika Lisa pindah, kemana dia bisa mencari gadis itu?

"Oh temannya nak Lisa ya?" tanya Yoona kemudian hangat. "Silahkan masuk dulu!" Sambutan itu membuat kaki Jennie melangkah untuk masuk. "Tante tidak tau karena Lisa sebelumnya tidak cerita jika temannya hendak datang kemari"

Mereka berdua pun duduk di sofa kecil milik Lisa. "Mau minum apa?" tanya Yoona karena tak enak jika tak menyambut temannya Lisa.

"Tidak usah repot-repot Tante, saya hanya mau menitip ini," ucap Jennie menyerahkan sebuah amplop. Yoona mengambil amplop itu dan meletakkan di atas meja. "Kalau boleh tau Lisa dimana Tante?"

"Oh, nak Lisa lagi kerja ke luar kota. Lusa baru sampai katanya," ucap Yoona masih mengingat-ingat dimana dia pernah bertemu dengan gadis di hadapannya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Sepertinya wajahmu tidak asing bagi Tante," ucap Yoona.

"Saya tidak tau Tante tapi mungkin kita pernah bertemu tapi hanya sepintas," ucap Jennie murung karena lagi-lagi harapannya pupus untuk bertemu Lisa.

"Rasanya sangat familiar," ucap Yoona berjalan mendekati Jennie. "Kamu sangat cantik sekali Nak. Siapa namamu?" tanya Yoona hendak menyentuh wajah Jennie. Entah kenapa nalurinya berkata jika dia dan gadis ini punya hubungan khusus. Naluri seorang ibu tidak akan pernah salah jika menyangkut darah dagingnya. Hal itulah yang sedang dirasakan oleh Yoona, hanya saja dia tidak tau jika gadis di hadapannya ini benar-benar anak kandungnya sendiri.

"Jennie, Tante" jawab Jennie membuat tangan Yoona menggantung. Dia memandang Jennie dengan lekat.

"J-jennie?" tanyanya kaget. "Apa margamu?" Yoona bertanya. Namun tubuhnya seperti gemetar menduga-duga kemungkinan yang terjadi.

"Park," ucap Jennie membuat harapan Yoona menjadi pupus. Dia menghela nafasnya. Merutuki dirinya karena sudah berani mengharapkan sesuatu. Entah kenapa dia masih berharap jika putrinya sebenarnya selamat atas kecelakaan itu.

Tidak alasan khusus kenapa Jennie mengatakan marganya adalah Park karena Jimin yang telah mengklaimnya. Dia ingin Jennie tidak lagi menggunakan marga Kim. "Tante saya permisi dulu, mungkin lain kali saya akan bertamu kesini," ucap Jennie menunduk untuk pamit.

Yoona mengangguk dan membiarkan Jennie keluar dari rumah. Dia merasa ikatannya dengan Jennie sangat kuat. Tapi Yoona tidak mungkin mengatakan hal-hal yang tak masuk akal. Bisa-bisa temannya Lisa itu merasa tak nyaman dengan perlakuannya. Yonna menatap kepergian Jennie dengan sendu. Jika putrinya masih hidup saat ini, mungkinkah wajahnya seperti itu? Mata Jennie sangat mirip dengan Jennie putrinya. Apakah salah jika dia berharap hal yang tak mungkin sekarang?

Jennie masuk ke dalam mobilnya dan menyandarkan tubuhnya ke belakang. Hari ini tidak apa-apa jika pulang terlalu lama ke rumah. Dia malas sekali jika harus bertemu dengan Jimin. Karena pria itu selalu membahas tentang pernikahan mereka. Dia memandang rumah Lisa dan melihat jika wanita paruh baya itu sedang membersihkan halaman depannya.

Jennie berfikir. Mungkin dia menginap saja daripada harus menghadapi Jimin yang selalu mendesaknya untuk menikah. Dia segera membuka pintu mobilnya dan kembali menyapa wanita itu. Yoona yang sedang sibuk menata bunga dikagetkan dengan Jennie. "Apa ada barangmu yang ketinggalan?" tanya Yoona.

"B-bukan Tante, tapi emm anu," ucap Jennie karena merasa canggung. "B-boleh kah saya nginap untuk satu malam Tante?" tanya Jennie.

Yoona tentu senang mendengarnya. "Tentu boleh, Nak! Kamu temannya Lisa, jadi Tante pasti mengijinkannya. Lagian malam ini, Lisa dan suami saya tidak pulang ke rumah. Jadi Tante tidak punya teman dan merasa kesepian," ucapnya tersenyum hangat membuat Jennie senang. Setidaknya untuk satu malam dia terbebas dari Jimin.

"Ayo Tante antar," ajak Yoona. Jennie mengikut dari belakang dan memasuki rumah itu. "Ini kamar Lisa yang baru, suami saya dan nak Lisa yang membuatkannya. Lisa menyerahkan kamar pribadinya untuk kami tempati," terang Yoona seolah membaca pikiran Jennie. Karena dahi gadis itu sedang mengernyit mendapatkan ada dua kamar di rumah itu karena setaunya hanya ada satu kamar.

"Kamu mau tidur dimana?" tanya Yoona harap cemas.

"Di kamar Lisa saja Tante," ucap Jennie karena memang itu tujuannya datang kemari, yaitu mencari ketenangan.

Yoona memandang Jennie dengan binar. "Sebenarnya Tante kesulitan tidur sendirian, tapi karena ada kamu Tante jadi berharap bisa punya teman tidur malam ini," ucap Yoona karena merasa Jennie bukan orang lain. "Tapi itu pun jika Nak Jennie tidak keberatan"

Jennie mengangguk. "Saya akan tidur sama Tante aja." Walaupun Jennie sempat berharap akan tidur di kamar Lisa, dia tetap mengiyakan karena tak kuasa menolak wanita yang sudah baik menerimanya. Jika Lisa yang ada di rumah ini, mungkin sudah diusirnya sedari tadi. Lagian dia pasti punya kesempatan untuk masuk ke kamar Lisa jika nanti memungkinkan. Jennie ingin menghirup aroma Lisa di kamar itu. Ketenangan yang dia cari hanya dengan menghirup aroma Lisa. Rindunya benar-benar tidak tertahan lagi.

"Ngomong-ngomong Tante ini siapanya Lisa? Saya tidak tau jika Lisa punya Tante secantik dan sebaik ini," ucap Jennie membuat Yoona terkekeh. Sebenarnya pertanyaan itu sudah daritadi bersarang di hati Jennie, namun karena masih sungkan dia memendamnya.

"Saya hanya orang asing Nak. Ceritanya panjang sekali. Waktu itu...kamu dirampok saat kami baru sampai di kota ini, kebetulan Lisa lewat dan menghajar perampok itu tapi kami mengalami musibah lagi jadi Lisa menolong kami dan memberikan tumpangan di rumahnya. Nak Lisa bahkan sampai mengosongkan kamar pribadinya untuk kami tempati," ucap Yoona terharu mengingat kebaikan Lisa.

Jennie tersenyum saja mendengarkan. Karena Lisa memang pribadi yang baik dan juga dermawan. Dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, selalu lebih mengutamakan orang lain dan itu yang membuat Jennie semakin rindu dengan Lisa.

"Istrahatlah, nanti Tante akan buatkan makan malam untuk kita," ucap Yoona.

"Tidak usah Tante, saya takut merepotkan Tante," tolak Jennie karena merasa tak enak. "Saya bisa pesan secara online," ucap Jennie menambahi.

"Kamu temannya Lisa kan? Jadi saya harus melayaninya dengan baik karena Lisa begitu berjasa di hidup kami Nak. Lagian Nak Lisa juga sudah kami anggap anak sendiri, jadi jika ada temannya yang berkunjung harus dilayani dengan baik" Yoona berucap begitu karena tidak tau hubungan yang terjalin antara Jennie dan Lisa.

Jennie bahkan meringis mendengar ucapan itu karena merasa berlebihan. Seandainya Lisa disini, pasti gadis itu sudah menyemprotnya dengan kata-kata pedas. Dan wanita di depannya ini akan berubah sikap seperti Lisa.

Jenlisa (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang