Hari ini Lisa sudah siap-siap untuk kerja. Rasanya masih sepi karena sudah tidak ada ayahnya yang meminta makan di pagi hari. Lisa melihat Jennie yang akhir-akhir ini selalu sibuk dengan ponselnya. Bahkan gadis itu baru selesai menelepon seseorang entah siapa. Jennie melihat Lisa yang sudah siap-siap untuk kerja.
"Ayo aku antar," ujarnya dengan senyuman.
Lisa memeluk Jennie tanpa alasan. "Terima kasih," ucap Lisa mengecup keningnya.
"Aku merasa tidak melakukan apa-apa"
"Kamu sudah sangat sabar untuk menemaniku, bahkan aku terkesan kejam karena mengabaikanmu selama sebulan ini karena kehilangan ayah"
Jennie memandang Lisa. "Aku mengerti keadaanmu Lisa. Aku juga dulu pernah di posisi kamu, jadi aku tidak akan mempermasalahkan itu sayang"
"Terima kasih malaikatku," ujar Lisa kembali memeluk Jennie.
"Ga jadi berangkat kamu?" Jennie bertanya karena Lisa masih memeluknya beberapa lama.
Lisa segera menggandeng tangan Jennie. "Yuk kita berangkat!"
Mereka pun berangkat dengan hati yang senang. Lisa sudah mulai menerima keadaannya walaupun di dalam hatinya masih terus mencari siapa yang telah menyebabkan ayahnya meninggal. Dia belum bisa tenang sebelum menangkap orang itu. Sesampainya di parkiran Jennie segara pamit kepada Lisa karena ada kelas.
Rose sudah menyambut Lisa di pintu masuk restoran itu. Dia merentangkan tangannya bermaksud untuk memberikan pelukan hangat untuk Lisa. "Ada apa?"
Rose menggeleng. "Yuk masuk. Kamu harus mencoba menu yang sudah disiapkan khusus untukmu," ucap Rose semangat.
"Dalam rangka apa?"
"Bukan apa-apa hanya saja aku senang banget melihat kamu kembali bekerja dan beraktivitas seperti biasanya"
"Dia sudah aku pecat. Dia tidak bisa lagi bekerja disini" Fany datang dengan wajah datarnya. "Kamu pikir restoran ini milik keluargamu? Sehingga kamu bisa sesuka hati masuk kerja"
Lisa menunduk karena apa yang dikatakan oleh Fany memang benar. Dia sudah libur sebulan ini. "Sayang, kamu jangan terlalu kejam. Ini masalah yang serius karena dia baru saja kehilangan ayahnya"
"Aku tau tapi peraturan tetap peraturan. Disini hanya boleh libur selama tiga hari dan maksimalnya selama seminggu. Jika lebih dari itu berarti sudah tidak ada toleransi. Memangnya dia siapa harus dapat pengecualian?" Kesal Fany dan pergi meninggalkan mereka.
"Tapi Sayang-"
Fany tetap meneruskan langkahnya dan mengabaikan teriakan Rose dari belakang. "Rose, sudah," ucap Lisa menarik lengannya. "Aku yang salah. Dia memang benar. Aku yang sesuka hati disini. Tapi gapapa aku bisa cari kerjaan lain" Lisa tersenyum tipis.
"Baiklah, tapi setidaknya cobalah makanan yang sudah disiapkan untukmu," ucap Rose mengajaknya untuk duduk di salah satu kursi.
"Sebelumnya aku terima kasih sama kamu Rose, tapi aku harus pergi. Aku gamau Fany masih melihatku disini. Lagipula aku ada kerjaan sedikit," ucapnya.
"Oke, tapi izinkan aku untuk menemanimu"
"Ga bisa! Kamu harus ikut denganku karena kita harus mendiskusikan sesuatu" Fany datang lagi tiba-tiba. Kali ini dia merangkul lengan Rose bermaksud posesif. Dia ingin menunjukkan kepada Lisa bawa Rose adalah kekasihnya. "Dan kamu," tunjuk Fany. "Segera kemasi barang-barangmu yang ada di loker!"
"Baik Bu," ucap Lisa pergi.
Dia tidak merasa tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Fany karena dia sadar betul akan kesalahannya. Lisa menelepon Jiso untuk mengajaknya ketemuan dan seperti biasa, gadis itu menyuruhnya untuk datang ke kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...